Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Perjalanan Menjadi MoMA Mentor Certified

Di dunia ini, nggak ada yang terjadi secara kebetulan.

Melalui akun Instagram seorang saintis tanah air, Riza Arief Putranto, Ph.D yang saya temukan di timeline saya malam tadi, saya menyadari bahwa setiap pertemuan dengan orang lain, selalu berhubungan dengan dorongan kombinasi DNA x lingkungan x manajemen diri.

Benarlah kata pepatah lama. Dengan siapa kita menjalin pertemanan, membiarkan diri berbaur pada suatu lingkungan, pun memberi berbagai batasan atas diri di suatu keberadaan, tentu memberi pengaruh pada jalan hidup yang dijejak bersamaan dengan orang-orang yang akhirnya ditemui di sepanjang jalan kehidupan.

Antar sesama orang yang sefrekuensi akan saling tarik-menarik. Memberi pengaruhnya masing-masing.

Siang itu, di tengah penatnya urusan pekerjaan yang saling beradu dengan tugas domestik yang seolah tiada berkesudahan, sebuah info mengenai kelas khusus untuk mengambil sertifikasi sebagai mentor di MoM Academy – komunitas yang bernaung di bawah Mothers on Mission. sebuah community specialist agency yang bergerak dalam nyala dan bara empowering woman and mothers, tempat saya menempa diri selama ini – dibuka untuk kali pertama.

Ragu menyerang, insecure untuk memulai. Pun walau beberapa kali Ka Acha berkesempatan untuk memandu kuliah whatsapp sebagai moderator baik untuk program komunitas maupun event dari brand, termasuk pernah mencicipi rasanya menjadi pengurus untuk MoM Academy Bogor di masa awal, ada perasaan kurang yakin kalau diri saya bisa menjalaninya dengan baik.

Menyandang status sebagai MoMA Mentor Certified di komunitas sebesar MoM Academy, apakah akan ada great impact yang bisa Ka Acha hadirkan? Pertanyaan dalam diri sungguh lekas mengobok-obok keberanian saya.

Lalu, saya bertanya pada diri sendiri sebelum mendaftar. “Mau sampai kapan kamu berdiam saja tanpa berani melangkah lagi? Bukankah impianmu sedari lama adalah bisa memberi kontribusi melalui pemikiranmu, makanya kamu bertahun lamanya tetap bertahan menulis di blog Taman Rahasia Cha?”

Pilihan hidup selanjutnya hanya ada dua. Diam dan berhenti, atau tetap berjalan maju walau harus menapaki jalan yang penuh halang rintang nggak terduga nanti?

Sepanjang 3 bulan proses belajar yang terasa panjang. Sesi eliminasi yang sungguh nggak bisa bikin saya bersikap tetap tenang karena dari ratusan orang terus dan terus saja dikerucutkan. Bahkan, diri saya seperti tengah dikuliti pelan-pelan persis lapisan kulit bawang. Segalanya membawa saya pada kesadaran akan sisi strength and weakness saya. Ya … sejujurnya, Ka Acha dibawa pada kesadaran untuk lebih dalam mengenali diri sepanjang proses perlatihannya berlangsung.

Setelah proses MoMA Mentor Certified ini berlalu, pun sertifikatnya sampai ke tangan, sekelebat ingatan lama tentang obrolan Ka Acha dengan dua teman saya semasa kuliah dulu, Adi Safriyanto dan Finn R. – The Teams -- jelas terbayang. Betapa dulu sudut pandang saya sebagai perempuan, bisa dibilang ‘kurang keinginan untuk menyelam dalam’.

Saya pernah menulis potongan diskusi kami di tahun 2012 itu dengan judul tentang diskriminasi kaum perempuan. Obrolan yang setelah 10 tahun berlalu, makin saya sadari bahwa sebagai perempuan sejatinya saya telah berada di keadaan terbaik, selama berpengetahuan dan mampu mengkomunikasikan segala hal dengan apik kepada orang-orang terdekat.

“Perempuan di jaman sekarang ini egois,” oceh salah satu dari mereka berdua, teman yang paling vokal menyuarakan pemikirannya, sepanjang saya mengenalnya.

Dulu, saya berusaha mengerti, sebab usia kami semua masih berada di fase remaja akhir menuju dewasa awal jika ditilik dari teori Hurlock. Tapi, rupanya mereka ada benarnya juga, kini.

“Perempuan, jangan pernah lupa kalau tugas utamanya di dunia ini adalah untuk menjaga keberlangsungan kehidupan, sebagai pendamping yang baik untuk suaminya, melahirkan calon penerus yang hebat. Apa kurangnya? Tuhan sudah adil membagi tugas laki-laki dan perempuan kan?” masih diocehkan oleh orang yang sama.

Tahun berganti. Saya dan The Teams terpisah begitu saja. Masa kedekatan kami dikikis waktu. Saling berkabar pun hanya sesekali. Namun saya melihat, keduanya kini berada di posisi yang dulu pernah mereka ocehkan, ‘lelaki itu pemimpin’.

Lalu Ka Acha yang anak perempuan ini bagaimana?

Proses belajar panjang saya membawa pada pemahaman tentang keberadaan perempuan sebagai penjaga keberlangsungan kehidupan. Perempuan bukan hanya untuk melahirkan, membesarkan anak dalam keseharian, tetapi mencipta lingkungan terbaik bagi penerus generasi. Dan … segalanya nggak bisa dilakukan seorang diri.

Perempuan butuh wadah bersama, komunitas, sehingga berkembang terus-menerus menjadi sisi terbaik dari dirinya. Berada di lingkungan yang sesuai, seiring dengan manajemen diri, akan menjadikan ia dipertemukan dengan banyak orang sefrekuensi, seperti teori dari Doktor Riza yang saya tulis di awal cerita ini.

Hingga di suatu waktu saya menemukan MoM Academy yang lahir dari pemikiran Mbak Widya Safitri, bahwa perempuan butuh untuk menjadi produktif, berdaya, dan sejahtera, walau telah berkeluarga. Para istri yang bersinergi untuk menyadarkan diri bahwa terus berkarya, bukanlah demi berkompetisi dengan suami, melainkan berkolaborasi.

“Ridho suami itu penting!” ucap Mbak Widya suatu kali dalam obrolan di grup.

Seketika saya tersentil, bahwa segala yang perempuan lakukan, bagaimana pun hebatnya ia dikenal di luar rumah, ia tetaplah seorang istri bagi suaminya, dan ibu bagi anak-anaknya. Sadar peran, namun langkah terus maju ke depan. Begitu pula yang saya dapati dari sosok Mbak Widya. Serupa dengan diskusi ringan saya dan The Teams dulu sekali.

Satu demi satu sesi belajar saya jalani. Mulai dari materi mengenai high impact leadership hingga presentation skill dengan para pemateri hebat, super mentor sebutannya. Para perempuan lain yang sangat diperhitungkan di bidangnya masing-masing, mulai dari Teh Ani Berta, Zata Ligouw, Novita Angie, sampai Mbak Lasya Miranti.

“Ketika berada di posisi sebagai pemimpin, mungkin kita akan sendirian.”

Dalam obrolan lain di kelas sesi pertama, saya menyadari satu hal, bahwa menjadi pemimpin bermula dari memimpin diri sendiri terlebih dahulu. Menggerakkannya, menemukan alasan memulai aktivitas setiap pagi hingga tujuan-tujuan yang ingin dicapai, dilakukan sebaik-baiknya.

Selanjutnya, di kelas kedua yang bertema finding your value through writing, saya menemukan kekuatan seorang Ka Acha ada dimana. Di bidang inilah, saya bisa banyak bersuara. Persis seperti yang saya hadirkan sebagai post blog yang membahas kelas Teh Ani ini dengan artikel berjudul menyuarakan pemikiran dan prinsip yang dipegang melalui sebuah karya tulis.

Saya akhirnya sudah berjalan sejauh ini. Sungguh saya ingin berkabar akrab dengan The Teams lagi. Berterima kasih pada pemikiran mereka sebagai bagian dari kaum Adam yang dulu sukses nggak saya bantah mentah-mentah.

Kini saya bersiap untuk kembali berproses panjang menjadi versi terbaik dari diri seorang Acha, seusai menjalani pelatihan yang sesungguhnya barulah berupa kulit ari dari proses yang entah akan serupa bagaimana nanti. Masih panjang masa yang perlu dilalui demi terus-menerus menerapkan pengetahuan yang sudah didapatkan di sesi training.

Saya masih perlu lebih banyak lagi mengasuh diri. Melihat. Mendengarkan. Mencari tahu. Bahwa saya memang menjalani penempaan saya ini sendirian, bukan untuk menjadi selfish dan egois.

Bismillah. Semoga Allah SWT selalu dan selalu meneguhkan hati saya, mengingatkan awal mula saya memulai segalanya.

Komentar

  1. Masya Allah tabarakallah kak Acha. Memang circle itu ibarat kata muter disitu aja yaa makanya penting menjalin relasi dan vibe dengan orang orang baik, hehe.
    Selamat menikmati pengalaman baru menjadi mentor kak Acha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Barakallah fii Kak Visya. Bener sih Kak. Kita terbentuk sesuai dengan siapa kita berteman. Termasuk Kak Visya nih yang menemani aku berlatih untuk makin menggiatkan membaca.

      Hapus
  2. Saya baru paham, jafi selama ini daya sering merasa bersyukur karena apa yang saya idamkan kesampaian itu adalah hal yang memang diupayakan oleh kita ya Mbak

    Sebab kita menjadi condong berelasi dengan segala hal yang kita mau.

    Jadi begitu ya, Allah sangat baik ya

    BalasHapus
  3. MasayaAllah, barakallah kak acha.. Ikut senang kak acha punya pengalaman baru jadi mentor yang tadinya dirasa sesuatu yang sulit akhirnya bisa dilewati dengan baik. Semoga selalu dikelilingi orang-orang baik ya kak, yang meng influence kak acha agar terus lebih baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Barakallah fii Mba Icha. Aamiin. Aamiin allahumma aamiin.

      Hapus
  4. Wah mentornya keren-keren ini..selamat ya Kak Acha untuk pencapaiannya sebagai MOMA Mentor Certified. Semoga makin sukses dan doa serta harapan tercapai. Barakallah

    BalasHapus
  5. Saya suka dengan kalimat "perempuan sebagai penjaga keberlangsungan kehidupan" ... memang ya, memaknai keberadaan kita perempuan itu sedalam itu. Masya Allah. Saya pun sekarang seperti Acha, terus belajar dan berkomunitas agar bisa saling dukung dengan sesama perempuan, menjadi perempuan pembelajar dan terus memberdayakan diri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaAllah. Acha termasuk yang kagum sama Bunda Niar.

      Hapus
  6. 'ridho suami itu penting'. Ini memang nyentiiiil banget. Sebagai istri, kita harus sadar kalo ada suami yang ridhonya harus ada, bahkan lebih dari ortu. Tapi aku bersyukur suamiku pengertian dan paham kalo istrinya ini memang ga bisa terlalu lama diam di rumah. Jadi dia selalu KSH izin tiap kali aku pengen traveling sendiri. Itu yg penting, Krn tanpa restu dia, aku jujur ya juga ga berani mba.

    Memang Yaa sebagai perempuan , istri dan juga ibu, join dalam suatu komunitas yang bagus untuk pengembangan diri sendiri, perlu sih. Tiada hari tanpa trus belajar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget Mba Fanni. Jaman kuliah mungkin dulu aku bakalan sensi kalau dengar kalimat ini terutama dari dua sohibku yang kala itu memang dua-duanya laki-laki. Tapi sekarang langsung merasakan, memang begitu tuh ngaruh banget biar hidup tetap nyaman.

      Hapus
  7. Yes setuju bahwa perempuan mempunyai tugas besar dalam menjaga keberlangsungan kehidupan. Empowering woman menyiapkan generasi penerus yang kuat dan andal. Perempuan hebat adalah yang bisa menyiapkan penerus kehebatannya. Bukan kehabatan untuk dia sendiri saja. Betul nggak sih

    BalasHapus
  8. Alhamdulillah ya mbak, memang selain circle pertemanan yang mendukung tuh. Kita juga gak akan tau apakah diri kita ini bisa melakukan suatu hal baru tanpa kita coba dulu, selamat ya mbak sekarang punya pengalaman baru menjadi MoMa mentor.

    BalasHapus
  9. Betul mba, perempuan itu butuh tantangan dan ruang diskusi, supaya bisa mengaktualisasi diri dan bisa berdaya dan berkarya walau sebagai ibu rumah tangga di rumah

    BalasHapus
  10. MasyaAllah.. Baarakallah kak.. Semoga berkah tiap aktivitasnya..

    Btw saya mupeng juga, pengen produktif juga kayak kak cha

    BalasHapus
  11. MasyaAllah tabarakallah. Selamat untuk pencapaiannya. Semoga terus semangat dan semakin banyak menghasilkan karya

    BalasHapus
  12. sehat dan sukses selalu untuk kakak yaaa :D

    BalasHapus
  13. Keren kak Acha.
    Kalau ditelaah ini seperti menjadi definisi self love ya, untuk mengenal diri dengan terus belajar dan mencintai diri atas kekurangan dan kelebihan.
    Semangat selalu kak Acha, sukses untuk harapannya mudah terwujud

    BalasHapus
  14. Selamat ya Kak Acha udah jadi MoMA mentor yang certified. Memang nggak ada yang kebetulan, semua pertemuan udah digariskan. Sukses selalu ya Kak Acha.

    BalasHapus
  15. Masyaallah, sukses terus yaaaa Cha, inget ya mengenalmu dari gadis hingga kini jadi seorang ibu, kapan ya kita bisa jumpa hehehe

    BalasHapus
  16. selamat mba untuk pencapaiannya.. bisa dapat sertifikasi dengan proses yang tentu engga mudah. semangat terus yaa

    BalasHapus
  17. MashaAllah~
    Ikut senang dengan pencapaian-pencapaian kak Acha.
    Rasanya gak mudah ketika ada amanah yang disematkan seperti MoMA Mentor Certified.

    Seperti kaya Maudi Ayunda bahwa jangan sampai seseorang berpikir bahwa passion itu harus mendalam tapi harus ditemukan dari berbagai hal.

    Sebab jika seseorang tersebut tidak bisa mendalami passion itu, dia akan merasa gagal dan lemah, bahkan tidak percaya diri.

    Keren kak Acha.
    Go...Go....Gooo!!

    BalasHapus
  18. Alhamdulilah ya kita mendapat ilmu yang manfaat untuk upgrade skill kita secara cuma cuma dari komunitas momAcademy

    BalasHapus
  19. Memang circle pertemanan mempengaruhi jalan hidup sik.. kita mau jadi apa dengan jalan bagaimana nah itu bisa dipengaruhi sama pertemanan juga.. makanya pilihlah circle pertemanan yg baik.. alhamdulillah ya mbak sudah menemukannya .. dan sukses untuk karir mentornya mbak

    BalasHapus
  20. Selamat ya Mbak atas pencapaiannya. Tidak mudah untuk melalui proses itu tapi Kak Acha berhasil sampai di titik ini. Patut diapresiasi dan sebagai perempuan kita berhak untuk berdaya ya tanpa mengabaikan tugas utama kita sebagai istri dan juga ibu

    BalasHapus
  21. mashaAllah selamat atas pencapaian terbarunya, mbak. pastinya senang banget ya bisa mencapai satu hal baru dalam hidup. saya sendiri masih berusaha nih mencari hal baru untuk dicoba dan bisa mendapat pencapaian baru dalam hidup

    BalasHapus
  22. MasyaAllah saya juga anggota MoMa mba. Semoga bisa bersua dengan mba Acha di program MoMa mentor ini ya mba. Salam kenal saya Anggita dari Surabaya

    BalasHapus
  23. Selamat mba Achaa, barakallaah <3
    Semoga makinn mendatangkan banyak manfaat untuk orang lain, keren bangettt

    BalasHapus
  24. Waw, keren banget. Selamat mbak! Seneng banget bisa melihat banyak perempuan berdaya yg hebat2 👏🏼

    BalasHapus
  25. Sebuah pencapaian yang luar biasa, dan merupakan perjalanan panjang ya, Mba Acha. Semoga makin menginspirasi dalam berbagi tulisan tentang ilmunya.

    Selamat ya Mba Acha mendapatkan mentor certified MOMA.

    BalasHapus
  26. Salut dengan semangat dan dedikasinya. Semoga pencapaiannya bermanfaat ya. Sebagai perempuan, sebagai ibu dan sebagai istri kita ingin yang terbaik pastinya ya ...

    BalasHapus
  27. Masya Allah, selamat ya Kak terpilih menjadi Moma Mentor yang tersertifikasi. Sukses terus segala yang
    dilakukan.
    Setuju Mbak, bagaimana pun hebatnya perempuan dikenal di luar rumah, ia tetaplah seorang istri bagi suaminya, dan ibu bagi anak-anaknya.

    BalasHapus
  28. Masya Allah, menarik banget mbak, jadi pengen ikutan juga :) seneng ya kalau ada pencapaian yang bisa kita lakukan di tengah kesibukan, keren deh :)

    BalasHapus
  29. Utnuk mencapai sebuah titik memamg menbutuhkan proses yangbtidak mudah. Tidak ahnaya harus emnaklukkan rintangan yang ada, namun juga menaklukkan kelemahan diri dna mengubahnya menjadi kekuatan ya, Kak. Selamat ya, Kak

    BalasHapus
  30. Selamat ya Kak Acha untuk pencapaiannya jadi Moma mentor certified. Dan aku setuju lho, meskipun kita perempuan, kita bisa berdaya dan impian-impian itu baru bisa terwujud kalau diupayakan dengan sepenuh hati

    BalasHapus
  31. terimakasih remindernya kak, saya masih teruss mencari versi teribaik saya dan menjadi pemimpin yang baik buat diri sendiri agar bisa maksimal dengan tugas utama saya

    BalasHapus
  32. Kalau ada sesi eliminasi jadinya ngeri-ngeri sedap ya Kak, ada perasaan takut tereliminasi.
    Selamat akhirnya berhasil jadi Moma mentor certified.

    Jadi pemimpin emang gak mudah ya dan ga bisa dengan versi 'galak' dan malah kudu kasih pengertian ke anak buahnya, memimpin dengan hati.

    BalasHapus
  33. Perempuan tuh seperti ujung tombak, bisa melesat tapi ya ada syaratnya juga sih. Support system harus mendukung banget.
    Selamat dan salut, kak Acha udah mencapai cita-cita menjadi mentor certified. Keren...keren...

    BalasHapus

Posting Komentar