Novel Fantasi Majava : Sebuah Dunia Berlatar Lokal Sunda

Novela Hilal Halal Ifthar : Tentang Perkenalan Dengan Menu-Menu Halal

Senja memerah di balik jendela. Saya tengah bergelung dengan kegalauan, apa ya yang bisa saya sajikan kepada pembaca untuk menemani momen menunggu waktu berbuka di bulan Ramadan nanti? Hingga … ide itu datang, menggedor, mengajak saya untuk menuliskan Hilal Halal Ifthar di buku catatan.

Aneh memang. Biasanya kalau penulis lain akan lebih dahulu menemukan alur cerita yang ingin ia tuliskan. Nggak tahu kenapa, Ka Acha sepertinya masuk ke dalam tipe penulis yang aneh sendiri. Ide awal yang seringnya mampir malah judulnya doang, tanpa tahu akan seperti apa dan bagaimana jalan ceritanya.

novel tema halal food

Identitas Novela Hilal Halal Ifthar Karya Akarui Cha

Judul : Hilal Halal Ifthar

Penulis : Akarui Cha

Penerbit : Rakata

Jumlah Bab : 14 Bab

Harga : 27.000

Blurb Novela Hilal Halal Ifthar

Sebagai food reviewer, Tania Qirani selalu memperhatikan menu dan tempat makan yang ia rekomendasikan. Prinsip no pork no lard ia pegang kuat-kuat. Tapi kenapa ketika me-review Mie Jamur Neraka, dirinya malah dihujat? Apa sih kesalahan yang ia buat?

Makna Hilal Halal Ifthar

Hilal sendiri merupakan sebuah penyebutan untuk bulan sabit muda pertama yang dapat dilihat setelah terjadinya konjungsi pada arah dekat dengan matahari terbenam. Hilal telah lama dihadirkan sebagai acuan dari pergantian bulan dalam penanggalan hijriyah.

Setiap jelang bulan Ramadan tiba, televisi di rumah keluarga saya akan selalu memutar tayangan sidang isbat. Momen yang paling ditunggu untuk mencari tahu, kapankah tarawih pertama sudah bisa dilaksanakan. Sebuah pengumuman yang membawa kebahagiaannya sendiri. Bukankah masih punya kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadan adalah sebuah keberkahan?

Nggak berbeda dengan penentuan kedatangan bulan Syawal seusai Ramadan, kebiasaan menunggui keputusan sidang isbat punya rasanya sendiri. Berpisah dengan Ramadan dan menyapa Syawal, menarik saya untuk introspeksi, sudah sejauh mana saya menjalani Ramadan di tahun itu. Termasuk menghitung hutang puasa yang bagaimana pun caranya, harus dilunasi kan ya?

Selanjutnya, kata halal dari judul novela Hilal Halal Ifthar merupakan refleksi dari apa yang tengah belakangan ini saya pelajari. Halal di sini maksudnya memang berbagai sajian menu halal yang aman dan baik untuk dinikmati oleh Ka Acha sebagai muslimah. Sebuah kenyataan, bahwa klaim no pork no lard dari suatu tempat makan, nggak sepenuhnya bisa membuat hati saya – seharusnya – merasa tenang.

Halal itu keberkahan. Halal itu keharusan. Halal adalah jalan, tuntunan hidup. Maka halal itu dikejar, dicari tahu, diusahakan. Apalagi, mengonsumsi makanan halal dapat melembutkan hati, memudahkan sesiapa saja untuk menerima pengetahuan baik dan menjalankan akidah sebagai landasan kesehariannya. Bukankah apa yang kita makan, nggak hanya memberi pengaruh ke badan, tapi juga jiwa?

Ka Acha ingat benar dengan salah seorang influencer yang menggalakkan menu-menu japanese cuisine halal, tapi ia bukanlah seorang muslim. Yoshito, namanya. Ia peduli benar dengan sajian halal, dan menyadari betapa menu halal itu menyehatkan badan. Ah … bagaimanalah saya nggak merasa malu. Sedari kecil belajar Islam, tapi nggak mengulik sampai dalam, bahkan abai ke urusan sesederhana makanan dan minuman.

Belum lagi kehadiran para halal enthusiast yang benar-benar menggaungkan kalau no pork no lard nggak akan pernah cukup untuk mendefinisikan suatu sajian sebagai menu halal. Self claim pun berbahaya, membahayakan … terutama kalau sudah disebar di media sosial.

Ada proses panjang yang perlu dikulik. Halal itu prosesnya dari hulu sampai ke hilir. Dari pemilihan bahan, pengolahan, penyajian, bahkan penamaan menunya juga. Maknanya, sertifikasi halal dari suatu menu persis pegangan yang memudahkan.

Sementara ifthar atau iftar alias berbuka puasa, seringnya jadi momen hura-hura. Kamu menyadarinya? Saat berbuka puasa, rasanya kurang banget kalau nggak menyajikan ini itu ina inu di meja makan. Berbagai resep kuliner khas berbuka pun akan memenuhi media sosial. Riuh. Semarak. Berbeda dengan menu sahur yang makin ke ujung Ramadan akan semakin sederhana dan bisa dihidangkan ala sat set sat set.

Itulah rangkaian makna dari judul novela terbaru Ka Acha, Hilal Halal Ifthar yang bisa kamu beli dan baca secara lengkap di aplikasi Rakata by Mizan. Sebuah novela yang mengisahkan perjalanan mengenali menu halal dari tokoh utamanya yang seorang food reviewer di Instagram, Tania Qirani. Novela dari rangakaian A Ramadan to Remember Series yang tayang sejak 23 Maret 2023.

Proses Penulisan Hilal Halal Ifthar

Belajar banyak. Hanya dua kata ini saja yang sanggup saya sampaikan sepanjang proses menghadirkan 14 bab dari novela terbaru Ka Acha ini. Selain rasa syukur, akhirnya untuk pertama kalinya saya bisa punya karya saya sendiri. Kan selama ini biasanya hanya dari antologi ke antologi.

Bukan hanya Tania Qirani yang terhenyak setiap kali mendapati apa yang selama ini ia percayai kalau menu yang ia lahap baik-baik saja, tapi Ka Acha juga. Gemetar. Nggak jarang saya merasa bersalah sekali sama diri sendiri, kenapa baru tahu tentang fakta halal dan titik kritis suatu menu itu di usia yang sudah segini. Kemana saja saya selama ini?

Apakah tokoh Tania Qirani adalah refleksi dari diri Ka Acha? Hmm … bisa jadi. Walaupun saya nggak mau menyatakan kalau tokoh utama perempuannya ini beneran Ka Acha versi fiksi.

Selama proses merangkai ceritanya, Ka Acha juga jadi lebih banyak berdoa. Semoga novela Hilal Halal Ifthar bukan hanya jadi bahan bacaan digital yang menyenangkan untuk kamu, tapi juga momen kamu bisa menjabat tangan Ka Acha dan ikut serta menuju jalan halal bersama-sama. Kamu bisa jadi teman belajar untuk Ka Acha juga.

Akhirulkalam, selamat membaca. Semoga kamu menyukainya.

Komentar

  1. Terbayang, bagaimana totalitasnya penulis dalam mencari ide untuk karya ini. Bisa hingga 14 Bab, bukan cara yang mudah. Belum lagi menggali ide agar lebih mengena ke pembaca, merangkat dan mengembangkan ide.

    BalasHapus
  2. Semoga laris ya Kak novelanya. Apalagi harganya sangat terjangkau dan ide ceritanya segar (Zen)

    BalasHapus
  3. wah seru banget, dibikin novel gini jadi lebih ringan ya menyampaiakan ke orang-orang, gak terlalu serius tapi tetep bisa belajar juga :)

    BalasHapus
  4. wah kebalikan sama aku mbak. Kalau aku nulis dulu baru mumet mikirin judul hahaha. Semoga novelanya laris manis mbak, temanya menarik dan mengandung pembelajaran juga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya rabbal alamin. Terima kasih banyak Mba Retno.

      Hapus
  5. Selamat atas peluncuran novelnya ya, Kak. Dari baca blurbnya saja, aku semakin penasaran baca isi cerita keseluruhan.

    BalasHapus
  6. Semoga novelnya laris ya kak. Penasaran ingin membaca isi novel secara keseluruhan, secara topik yang lumayan sensitif tapi dikemas dalam novel, pastinya 'nyangkut' dengan baik di kepala yang membaca.

    BalasHapus
  7. Semoga laris manis bukunyaa...isinya bagus sangat bermanfaat. Terus berkarya yaa (gusti yeni)

    BalasHapus
  8. MasyaAllah, dari judulnya aja udah bikin penasaran ini mah, perlu banget dong kita tahu tentang halal dan seluk beluknya, apalagi memang di saat iftar atau buka puasa (apalagi bersama di luar) biasanya kita kan lapar mata ya, segala ini dilahap masuk ke mulut.
    anyway selamat ya Kak Acha atas karya solonya ini, moga ke depannya lancar terus telurin karya, kita sama-sama belajar juga tentang segalanya ya.

    BalasHapus
  9. Ide yang jarang dijadikan sebuah buku apalagi Novela. Hilal Halal Iftar. Suatu judul yang menggelitik, terutama tentang kehalalan sebuah makanan.

    Karena pada sasarnya, bukan hanya tidak mengandung pork, lard atau wine dalam memasaknya.

    Tapi juga cara menyembelihnya, kebersihan, dan lain sebagainya.

    BalasHapus
  10. Wah selamat mak Akarui Cha atas bukunya. Risetnya pasti mendalam banget nih.

    BalasHapus
  11. MasyaAllah Kak Acha selalu menginspirasi dan produktif dalam menghasilkan karya. Apalagi novela manisnya hadir yang pas dengan momen Ramadhan. Semoga laris manis dan banyak pahala jariyah yang mengalir dari tulisannya kak Acha, aamiin 🤲

    BalasHapus
  12. Wah masyaAllah, kerenn nih kak Acha, selamat yaa kak atas lahirnya karya solonyaa. semoga bawa banyak manfaat untuk pembacanyaa. wah jadi penasaran nihh

    BalasHapus
    Balasan
    1. kayanya belum banyak ya novel yang bahas begini nih, keren kak

      Hapus
  13. Novel yang menarik ini karena masih jarang penulis yang menggabungkan antara fakta dan fiksi di lapangan, terutama mengenai makanan halal. Btw semoga laris manis ya kak atas novel solonya, dan segera dicetak juga bukunya ya :)

    BalasHapus
  14. ulasan singkat bukunya keliatan menarik nih kak, jadi makin tahu berbagai menu hidangan yg halal di bulan ramadhan,

    BalasHapus
  15. Wah selamat ya ternyata ini karya terbaiknya. Semoga suatu saat bisa membaca keseluruhan isi bukunya ini. Unik nih dan pastinya sebagai muslim saya juga tertarik untuk mempelajari

    BalasHapus
  16. Waaah, salah satu penulis seri Ramadan to Remember di rakata ini Kakak tooo? aku lagi baca yang 18 CET. setelah tamat, aku mau baca juga ah yang halal ifthar ini. Selamat ya, Kak

    BalasHapus
  17. Asiikkk kak achaa aku udah baca.. keren bangett.. nggak kepikiran loh selama ini gimana makanan yang kita makan meski kita di negara kita sendiri..

    BalasHapus
  18. Barakallah kak acha..
    Produktif tenan memang kak acha. Setuju dengan "no pork no lard" Aja gak cukup.
    Kita harus jelas halal haram ini kemana mengacu karena akan jadi darah daging ketika kita makan.
    Semoga novel ini laku keras di pasaran ya kak. Aamiin

    BalasHapus
  19. Wah baarakallaah Mbak udah berhasil nerbitin buku digital dengan tema yang sepertinya menarik nih. Membahas seputar makanan halal khususnya di bulan ramaadan ini. Jadi penasaran nih dengan kisah dalam novelnya

    BalasHapus
  20. Tahun lalu saya masih berdomisili di salah satu kota di mana orang muslimnya adalah minoritas.
    Jadi kalo mau makan di suatu resto atau tempat makan, saya blak-blakan nanya, "Di sini menyediakan menu tidak halal kah?"
    Yang perlu diperhatikan bukan hanya 'apakah tempat makan ini menyediakan menu makanan tidak halal', tapi minumannya juga harus diperhatikan
    Kalau tempat makan ini semua makanannya halal, tapi ternyata dia menjual soju, bir b*intang, dan sejenisnya, ya saya juga tidak akan membiarkan keluarga saya makan di tempat itu.
    Soalnya, pernah kami berencana ke warung bakso yang tempatnya bagus banget. Semua menu makanannya halal, etapi mereka menjual soju.
    Putar balek la kami, ndak jadi makan di situ

    BalasHapus
  21. Selamat kak Acha atas novel solo-nya. Judulnya saja sudah sangat membuat penasaran untuk disimak kisah perjalanan Tania qirani-nya, apalagi temanya memang perlu banget orang-orang tau tentang halal food ini, jarang kayanya yang ngebahas isu ini di novel. keren ini!

    BalasHapus

Posting Komentar