Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Pilihan Hotel Epik Di PIK Jakarta Utara

Setiap kali punya kesempatan untuk berkunjung ke kawasan Pantai Indah Kapuk, saya selalu teringat pada Rara, Kak Rina, dan beberapa rekan seperjuangan semasa menjajal pengalaman hidup sebagai anak kost di bilangan Jakarta Selatan, beberapa tahun lalu. Jadi anak rantau yang jauh dari rumah, berjuang hidup walau nggak selalu mudah, kemudian “keluarga” adalah teman di kamar sebelah.

Kawasan wisata mangrove di Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara yang akhirnya menjadi satu-satunya destinasi wisata yang bisa beramai-ramai kami kunjungi bersama. Sebelumnya, hanya saya, Rara dan Kak Rina saja yang cenderung sering keluar bertiga. Maka ketika Mba Ami -- sosok kakak yang juga menjaga kami di kost -- ikut serta, gembiranya luar biasa.

Apakah ini yang namanya berkah dari sebuah perjalanan yang direncanakan dalam sekejap mata lalu terjadi begitu saja? Ceritanya terngiang hingga waktu yang sangat lama.

Lalu, kenangan itu datang lagi ketika partner saya berujar kalau dalam beberapa hari, ruang kerja saya akan berpindah sementara dari rumah ke salah satu kamar hotel di Swissotel PIK Avenue, Jakarta Utara. Sulit bagi saya untuk nggak melengkungkan senyum manis, apalagi saya punya kesempatan berganti suasana kerja. Jarang terjadi kan ya?

Menuju Ke Swissotel PIK Avenue Dari Bogor

Setelah segala persiapan untuk menginap di hotel selesai, saya dan partner memesan layanan mobil daring. Perjalanan kami dari Bogor dimulai.

Pemberhentian pertama kami selalu saja tertuju pada Stasiun Depok Lama. Tempat pemberhentian commuterline yang memang lebih dekat jika dijangkau dari Cibinong perbatasan. Siang itu, kereta yang kami tunggu adalah kereta tujuan Jakarta Kota. Sampai di Stasiun Jayakarta, saya dan si partner turun, lalu kembali berpindah transportasi menggunakan layanan mobil daring kembali.

Sebenarnya, bisa saja kami memilih turun di Stasiun Juanda, lalu berpindah naik bus TransJakarta koridor 2 atau 3. Selanjutnya, turun di halte Harmoni untuk transit ke bus koridor 1A yang menuju Pantai Maju. Mudah dijangkau sih Swissotel PIK Avenue ini, karena posisinya yang benar-benar menempeli mall PIK Avenue. Jadi, kamu tinggal turun di halte Tzu Chi lalu menyeberang.

Sayangnya, siang itu, barang bawaan saya cukup berat. Ya … namanya juga memindahkan kantor saya di rumah untuk sementara waktu ke hotel. Ganti suasana, tapi tetap saja banyak perlengkapan tempur sebagai freelancer yang mau nggak mau ikut diangkut juga selain pakaian dan segalanya rupanya. Apalagi, saya nggak hanya semalam saja berada di sana.

Lobi Mewah Menyambut Para Tamu Swissotel PIK Avenue

Berada persis bersisian dengan mall PIK Avenue, suasana berbeda segera menyambut ketika pintu kaca otomatis, terbuka. Langkah saya disambut seorang petugas hotel yang mempersilakan masuk. Ia mengarahkan kami ke meja resepsionis. Di sana, dua pemuda menyapa ramah dengan gesture santun.

Saya menurunkan ransel berat yang sepanjang beberapa menit sebelumnya menggelayut di punggung. Dibanding harus turut berdiri di sisinya untuk melakukan check-in, saya memlih duduk pada sebuah sofa empuk di sana. Pandangan saya sedari tadi sudah tertarik pada bola kristal yang menghiasi meja panjang di sudut ruang lobi.

Terdapat beberapa sofa santai yang lebih menyudut lagi di sebelah kiri. Sebab tengah kosong, saya tentu lekas membidikkan kamera ponsel.

Beberapa menit berlalu, satu per satu rekan kerja dari partner saya pun tiba. Ia yang baru usai mengambil kunci kamar, terlibat obrolan singkat. Koordinasi, begitu sekelebat kalimat yang saya tangkap.

Tahu diri kalau saya ikut ke sana hanya untuk menemani, akhirnya saya menepi sendiri. Pas sekali, beberapa task pekerjaan baru masuk. Selang beberapa detik kemudian, task pekerjaan sudah menunggu untuk bisa lekas saya selesaikan.

Premier Room Swissotel PIK Avenue yang Menghadap Bangunan Tzu Chi

Lewat dari pukul dua siang, seusai beramah-tamah sebentar dengan rekan kerja si partner dan makan siang di The Chinese National Restaurant, saya baru bisa mengistirahatkan badan sejenak. Kaki saya menapaki karpet kamarnya yang lembut. Nuansa mewah dengan ukuran kamar yang cukup besar, menyambut.

Saya lekas tertarik pada sofa santai yang berada persis di samping jendela kaca. Jika duduk sesorean di sana, bisa saya bayangkan bagaimana pemandangan langit siang yang perlahan berganti jingga, kemudian malam pun menyapa. Rasanya, saya ingin melewati siang itu dengan duduk membaca buku saja.

Kemudian, saya beralih pada tempat tidur kingbed yang nampak berada persis di tengah ruangan, bersebelahan dengan kamar mandi yang kaca beningnya bisa dibuat buram. Dua bantal besar berjajar rapi dengan seprai putih bersih.

Sebuah lemari bergaya sederhana dengan mesin kopi dan kulkas kecil yang tersembunyi rapi di dalamnya, berdiri di sisi kanan, persis di samping jendela, berhadapan dengan sisi samping sofa santai. Segala rupa gelas dan sendok juga ada di sana.

Saya yang merasa harus mulai mempersiapkan diri untuk sibuk bekerja hingga jelang malam, duduk di tepi ranjang. Saya hanya memperhatikan si partner yang duduk santai, mengganti-ganti saluran televisi. Tentu, tingkahnya itu memancing ocehan saya yang tengah menunggu ia bersiap rapat, agar meja kerja yang berada di bawah televisi bisa segera saya manfaatkan.

“Mandi dulu baru mulai kerja!” begitu balasan yang saya terima dari si partner seusai saya melancarkan aksi protes.

Ogah-ogahan. Ka Acha akhirnya masuk ke dalam kamar mandi. Sebuah cermin di atas wastafel menyambut. Handuk yang diletakkan di bawah wastafel seolah memanggil-manggil. Senyum saya terbit kali ini, ada timbangan warna hitam yang berdiri tepat di bawah wastafel.

“Mas rapat dulu ya!”

Suara si partner menjadi penanda kalau sepanjang siang hingga jelang malam akan saya lalui sendirian saja. Mendapati air dingin menyegarkan yang mengucur dari shower cepat membuat saya betah, seketika keinginan untuk bersantai berlama-lama muncul. Eh … baru saja niat itu makin terbersit kuat, telepon dari tim kerja saya menunggu dijawab.

Sarapan dan Makan Malam di The Chinese National

Suasana khas negeri tirai bambu kental sekali terasa. Bukan hanya dari hiasan dan segala pernak-pernik yang memenuhi seisi resto, namun juga pilihan menu makanannya. Tahu kalau di tempat makan ini menyediakan alkohol, sebenarnya Ka Acha was-was juga untuk makan di sana. Maklum, menu no pork no lard nggak sepenuhnya menjamin kalau santapan tadi halal.

Semenjak sedikit-sedikit belajar soal halal food berbekal pengetahuan yang Ka Acha dapat dari para halal food influencer tanah air, wajar jika akhirnya saya jadi lebih pemilih untuk mencicipi segala rupa menu menggugah selera yang disediakan di sana. Ditambah dengan fakta bahwa belum banyak resto hotel yang sudah tersertifikasi halal.

Mau nggak mau, saya berubah persis vegetarian. Menu yang saya santap, kebanyakan yang aman-aman saja. Semoga pilihan saya nggak salah. Kalaupun kurang tepat, mudah-mudahan usaha saya untuk berusaha menyantap menu yang ramah muslim turut Sang Maha Kuasa perhitungkan.

Bersantai Sejenak Di Tepi Kolam Renang

Dua malam yang saya lalui di hotel samping mall PIK Avenue ini, nggak membuat saya bisa banyak berkeliling. Selain berkunjung sebentar ke mall lewat pintu akses khusus untuk tamu hotel demi membeli buah-buahan dan beberapa makanan ringan untuk camilan, hanya kolam renang yang bisa saya sambangi di malam dan pagi terakhir.

Suasana malam di kolam renangnya cukup tenang dan syahdu. Ada beberapa lokasi untuk duduk-duduk yang bisa dimanfaatkan pengunjung. Sekadar berpose atau malah memesan minuman di restonya lalu mengobrol panjang, bisa jadi pilihan.

Berbeda dengan suasana paginya yang terasa cukup sejuk dan hangat. Kolamnya pun nggak nampak terlalu dalam. Pas rasanya untuk mengajak anak-anak berenang. Nggak perlu membayar biaya lebih pula karena sudah menjadi salah satu fasilitas hotel bagi tamu yang datang.

Memotret Instalasi Seni Di Dalam Hotel

Hiburan pelepas penat seusai bekerja Ka Acha sepanjang menginap di hotel kawasan Jakarta Utara ini, hanyalah memoret. Berbagai instalasi yang dibuat di sekitar resto di lantai 7, nggak jauh dari meeting room, menarik perhatian.

Sendiri, saya berkeliling. Kaki saya menuju dari instalasi satu ke instalasi lainnya. Ada bebungaan yang menggoda. Jejeran gelas warna jingga dalam sebuah set dapur. Banyak sekali yang akhirnya bisa saya abadikan sebagai oleh-oleh di perjalanan kali singkat kali ini.

Andai bisa berkeliling bersama si partner, juga membawa kostum yang proper, kemungkinan besar Ka Acha sudah sejak awal mengajukan diri untuk menjadi model foto. Tapi, karena sedang workcation alih-alih staycation, saya cukupkan dengan meng-capture banyak benda saja.

Dua malam berlalu cepat. Senang rasanya bisa pindah sebentar dari ruang kerja di rumah ke Swissotel PIK Avenue untuk menyelesaikan pekerjaan. Masih ingin sebenarnya saya berlama-lama di sana agar bisa menyusuri jejak perjalanan lama bersama teman-teman semasa kost dulu. Rendezvous ke wisata mangrove Muara Angke, misalnya. Atau bersepeda pagi ke kawasan pantai di dekat sana. Tapi, nggak apa-apa.

 

Komentar

  1. Bagus banget ya kak hotelnya jadi pengen coba nginep di sana juga hehe btw tulisan kakak enak banget dibaca serasa baca novel kereen

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaAllah, terima kasih banyak.

      Iya, hotelnya cakep banget. Apalagi di area sekitar kolam renangnya.

      Hapus
  2. Secara fasilitas lengkap, bikin betah. Kalau keluar, daerah jakarta apalagi di PIK, muara angke, malah gak kita dengan udara dan suhu yg panas.
    Beda dengan dalam ruangan yang adem AC hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaha iya Teh, kalau di luar berasa panasnya. Jadi kalau mau ke pantai emang enakan habis subuh. Kebetulan di hotel samping PIK Avenue ini nyediain fasilitas sepeda juga buat sepedaan ke arah pantai. Tapi sayang banget karena kerjaan menggila banget pas lagi nginap di sana, aku juga jadi nggak bisa nyobain sih.

      Hapus
  3. Bentukannya Swissotel PIK Avenue ini bikin betah nih memindahkan kantor di rumah menjadi ke hotel.
    Kalo saya, nyaman banget rasanya di kamar terus karena ruang kamarnya bikin berasa gak mau keluar ruangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa aku pun betah di kamar. Pas sih sama kerjaan yang hari itu kuselesaikan lagi ngajakin untuk duduk lama menghadap laptop terus. Betah aja. Kalau lagi mumet bisa basuh badan bentar dan tidur siang.

      Hapus
  4. Di foto yang kedua yang bola-bola seperti bola kristal itu apa ya mba...
    Lucu de...
    Sofa bednya bisa jadi tambahan bed kalo kita pergi rada rame dan perlu tempat tidur tambahan ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semacam bola kristal yang memang diletakkan di nampan kayu di atas meja gitu buat jadi hiasan di sudut bagian lobi.

      Hapus
  5. Banyaknya lokasi yang instagrammable di Swissotel PIK Avenue ini ya, Cha. Bahkan mulai daqri kamar saja sudah bisa foto-foto, di area lobi, dan di sekitar kolam renang juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Bunda Niar. Terutama nih daerah kolam renangnya. Selain bisa duduk di kursi milik cafe samping kolam renang, duduk di tempat samping kolam kecilnya juga nyaman banget. Apalagi udara di Jakarta Utara kan cenderung hangat kalau malam.

      Hapus
  6. Cakep banget itu nuansa malamnya di kolam renang.
    Cahaya lampu yang benderang, terus juga ada kehijauan dedaunan yang bikin sejuk dipandang.
    Bikin betah dah staycation di sana ya kak Acha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan bikin kepala yang pusing dan mata yang lelah mantengin laptop seharian bisa istrahat dan penyegaran karena lihat bentukan taman pinggir kolamnya yang cakep.

      Hapus
  7. Hotelnya cakep nih, boleh sih disimpan siapa tau bisa ke sini juga.. Oh namanya swissotel. Btwe, kolam renangnya mau malam mau pagi cantik yaahhh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo ayo Kak. Mana tahu bisa mampir ke Jakarta dan ikutan ngerasain sensasinya nginap di Sswissotel PIK Avenue.

      Hapus
  8. Hotelnya bagus nih, ini per malam berapa ya Kak... Ngajakin anak pasti seneng banget apalagi ada kolam renangnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waktu menginap di sana sih, range-nya ada di 2 jutaan (tapi waktu itu pas dapat promo sih jadi nggak sampe segitu) per malam. Biar up date, silakan Mba, bisa dilirik di platform pemesanan tiket dan jalan-jalan.

      Hapus
  9. keren-keren hotelnya, tempatnya juga instagrammable. hmm pasti mahal yak per malam nginapnya

    BalasHapus
  10. swissotel jadi andalanku juga untuk staycation :D

    BalasHapus

Posting Komentar