pada tanggal
Travel
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Mengunjungi Pantai Kuta Mandalika dari arah Kota Mataram yang berada di Lombok bagian barat sebenarnya cukup makan waktu, jika kamu menginap di Kota Mataram. Akan lebih bijak jika kamu lekas memasukkan destinasi pantai berpasir merica ini, nggak lama setibanya kamu di Lombok Internasional Airport sih.
Masuk ke dalam wilayah Lombok Tengah, nama Pantai Kuta Mandalika makin banyak dikenal wisatawan asing dan domestik sebab lokasinya yang nggak begitu jauh dari Sirkuit Mandalika. Sepanjang jalan memasuki kawasan Mandalika pun, mata saya menemukan banyak sekali homestay yang diinapi turis mancanegara.
Sayangnya, Ka Acha belum bisa memberimu saran untuk mencoba
menginap dimana karena setiap kali pulang ke Lombok, seringnya Mama dan Papa mengajak
saya menginap di rumah salah satu keluarga dekat. Pun kebanyakan keluarga
orangtua bermukim di kawasan Lombok Barat.
Jejeran papan selancar memenuhi beranda dari beberapa
penginapan yang dilewati oleh mobil yang Pak Prof kendarai. Dari jendela mobil,
dalam diam, saya menyipitkan mata, mencoba menangkap pergerakan bule-bule yang
lalu-lalang di sekitar sana.
Aih … mungkin karena posisi matahari sedang ada di atas kepala,
keadaan Pantai Kuta Mandalika siang itu nggak terlalu ramai. Paca Ummi –
sebutan saya untuk salah seorang tante dari pihak Pak Prof a.k.a Papa Ka Acha –
menunjuk ke arah papan surfing tadi
dan berceloteh kalau pantai yang tengah keluarga besar kami tuju untuk berlibur
sebentar ini memang salah satu spot selancar air di Bumi Gora.
Ka Acha manggut-manggut. Tatapan saya masih nggak bisa lepas
dari para turis asing yang wara-wiri bermodal sandal dengan pakaian tipis di
tengah teriknya matahari khas wilayah Indonesia bagian tengah.
Pantai Kuta Mandalika lebih banyak dikunjungi turis asing untuk menikmati senja |
Tibalah di undakan tangga batu yang menuju ke arah bibir
pantai, baru saya bisa memastikan apa yang tadi Paca Ummi sampaikan. Beberapa
orang dengan kulit yang sudah nampak memerah atau menggelap, menambatkan papan
seluncur di atas pasir. Nggak lama mereka berlalu begitu saja.
Baru tersadar kalau Pantai Kuta Mandalika dengan ombak yang
cenderung tenang ini malah menarik banyak perhatian para peselancar, baik level
pemula maupun profesional. Dalam pikiran saya seketika terbersit Pantai La Kei
di Dompu, Sumbawa. Pantai yang juga jadi destinasi idaman para pengemar
olahraga selancar.
Mama seketika itu menepuk pundak saya. Mengajak saya untuk masuk
lebih dalam ke kawasan pantainya. Sembari menutupi kepala dengan jaket punya Mas untuk melawan teriknya sang surya, Mama membawa saya membebekinya..
Berbekal topi yang terpasang di kepala dan kacamata hitam,
susah payah saya mencoba melangkah di atas pasirnya. Jeblos terus, karena
mungkin ukuran butiran pasirnya yang cukup besar sehingga mengurangi kepadatan
pijakan. Pak Prof sempat keidean buat buka alas kaki.
dua anak besarnya Pak Prof ini ujug-ujug iseng banget ngumpulin pasir merica |
Mas menunjuk ke arah ayunan kayu ala ala yang menunggu
tenang di tepi pantai. Nggak jauh dari sana, sebuah warung tenda sekadarnya
yang menyajikan menu kelapa muda menggoda sekali. Beberapa pengunjung memilih
duduk-duduk di sekitar pepohonan beralas tikar plastik yang disewakan.
Persis bayangan Ka Acha ketika tadi akan sampai ke sini.
Rasanya Pantai Kuta Mandalika lebih banyak dijadikan sebagai kawasan untuk
berselancar dan bersantai saja di tepian pantainya dibandingkan jadi pantai
untuk mandi dan main air.
Mendapati tampilan Ka Acha yang memang sering bikin salah
sangka, beberapa anak-anak mendatangi. Mereka mengoceh dengan bahasa inggris
seadanya, menawarkan saya membeli souvenir berupa gelang buatan mereka.
Perasaan saya mendadak nggak enak. Duh, insiden seperti waktu di Jogja
bisa kejadian lagi nih.
“Nanti ya.”
Dasar Ka Acha kelamaan tinggal di Pulau Jawa. Menolak tawaran
mereka dengan menggunakan kalimat yang diusahakan sehalus mungkin. Rupanya …
mereka semua malah berbondong-bondong mengekori saya ke mana saja.
Pak Prof menggelangkan kepala. Sadar kalau anaknya ini
memang kelamaan tinggal di lingkungan yang biasa pakai ungkapan halus, bukannya
langsung to the point saja.
“Ndek. Ndek.” Ka
Acha tercengang mendapati logat Pak Prof yang dalam sekejap langsung terdengar
sangat khas Sasak sekali. “Bule Mataram ini. Anak saya,” Pak Prof menegaskan.
Saya lupa, Kota Mataram telah begitu lama dekat dengan
beliau. Pak Prof pun pertama kali menimba ilmu dan berkarir di tanah Bumi Gora,
sedari belum bertemu Mama. Papa saya ini anak rantauan tulen yang cepat sekali kemampuan
beradaptasinya.
Sayangnya, ketegasan Pak Prof nggak bisa menaikkan tingkat kepercayaan
anak-anak penjual souvenir tadi. Bak wartawan infotainment, mereka
bertanya-tanya, bagaimana bisa Pak Prof punya anak berkulit putih terang macam
saya. Wah, benar-benar mereka berniat ‘bikin cerita’ nih.
Pak Prof ajak mereka bicara baik-baik dan sedikit mengulik alasan mereka berbuat begitu |
Akhirnya, semakin jauh saya mendaki batu karang yang berada
di sisi lain Pantai Kuta Mandalika, semakin semangat mereka mengikuti. Jelas
kemudian saya perhatikan, bagaimana Ua dan sepupu saya memilih untuk menjaga
jarak biar nggak ikut-ikutan didesak buat jadi pembeli.
Akhirnya, Mama yang sudah gerah, ditambah memang udara yang teriknya minta ampun, menyerah. Sebuah gelang yang – nampak biasa saja karena banyak juga dijual di Kota Tua Jakarta – sukses masuk ke kantong depan tas Mama.
Seekor anjing berbulu cokelat menarik perhatian saya yang
baru saja duduk di bangku kayu memanjang di bawah sebuah payung parasol warna-warni. Ada gazebo sederhana yang berjejer di tepian pantai sebahai tempat bersantai. Pak Prof dan Mama
sibuk memilihkan menu untuk dua anak besar yang mereka bawa-bawa ini.
“Dek, main ayunan, mau?” bujuk Mas pada adiknya yang masih manyun ini, sembari menunjuk ayunan
kayu.
Mood yang belum kembali membuat saya menggeleng.
“Mama aja lah kalo gitu. Rugi mampir ke pantai cantik di Lombok
begini tapi nggak bawa pulang foto buat bukti. kan no pict its hoax,” canda Mama.
Ternyata mood Mama lebih cepat membaik dibanding saya. Pak
Prof pun dengan santainya mengekori Mama yang sudah lebih dulu menuju ke arah ayunan.
Akhirnya, saya mengekor juga setelah tahu kalau es kelapa yang Mama pesan butuh waktu agak lama untuk disiapkan. Apalagi kakak sepupu dan adik-adik juga sudah asik berpose di sekitaran bibir pantai. Saya yang nggak suka ditinggal sendirian akhirnya mengekor juga.
Perjalanan menyambangi Pantai Kuta Mandalika Lombok siang
itu selesai sebelum senja. Jarak tempuh yang harus dilalui untuk kembali ke
Kota Mataram menjadi pertimbangan. Lagi pula, Ua Aji dan Ua Ummi pun sudah
mengajak untuk mencari menu makan makanan
halal di sekitar sana.
Selepas menandaskan es kelapa muda, saya mengekori Mama kembali ke kawasan parkir lagi. Saya sempatkan untuk memandang berkeliling,
mengagumi cantiknya Pantai Kuta Mandalika Lombok. Sayangnya, ketika saya mendapati
adik-adik penjual souvenir tadi sedang mengekori pengunjung lain, saya cuma
bisa geleng-geleng kepala dan mempercepat langkah menyejajari Mama saja.
Wah, pantainya cantik juga ya... Jadi pengin berkunjung juga nih ke sana. Semoga suatu saat kesampain.
BalasHapusMakin ke sini makin ke sana. Tempat wisata kian banyak penjual yang kayak maksa gitu. Ini harusnya jadi konsentrasi pihak-pihak terkait agar semua orang yang datang berwisata merasa nyaman dan tenang.
BalasHapusBisa jadi mereka memang setelah tempat tinggalnya banyak berubah dan berganti jadi tempat wisata, ya banyak yang terjadi dan ngasih pengaruh ke kehidupan ekonomi juga sih ya makanya masih ada aja yang begitu. Semoga pengelolanya makin peduli sih, demi kenyamanan wisatawan juga soalnya.
HapusOwalah Mandalika ini di Lombok ta? Dari kemarin penasaran Mandalika ini di mana. Kukira di Jakarta. Btw, Lombok ini terkenal sama pantainya yang indah-indah kan ya? Kalau tiket pesawat dari Samarinda, kira-kira habis berapa ya?
BalasHapusIya, Lombok ini karena sebelahan sama Bali sudah begitu masuk ke zona waktu Indonesia tengah yang kebanyakan daerahnya agak hangat, jadinya punya pantai yang cakep-cakep. Kalau dari Samarinda ke Lombok sih bisa naik pesawat dengan range tiket penerbangan per orang sekitar 1,5 juta sampai 3 juta rupiah untuk harga hari ini.
HapusKenapa ya Mbaaa, orabg2 yg berjualan souvenir ini ga bisa lebih sopan saat menjajakan barang. Malah yg anak2 kadang lebih ga mau tau. Ngekorin , maksa.. aku juga ga nyaman begitu. Pernah mood langsung drop banget pas di Borobudur, di bombardir Ama banyak penjual asongan. Aku sampe lari ke mobil dan kunci pintu jadinya.
BalasHapusKebayang sih turis2 bule serisih apa kalo dikejarin Ama begini :(. Bikin jelek nama destinasi wisatanya juga..
Koq samaan, Mbak Fanny. Saya juga mengalami tuh diberondong para penjual pas baru turun di area Borobudur. Lumayan susah mengelaknya, apalagi yang nawarin ibu-ibu. Tapi kalau pas di Prambanan alhamdulillah ga begitu, para pedagangnya bahkan pada sopan dan memberi diskon pula
HapusMemang kalo ke pantai wajib banget pake topi ya kak. Biar gak kepanasan teriknya matahari.
BalasHapusBtw karena kulit kak acha yang merah jadi dikira bule ya 😂
Oh ya kak, saya jadi inget penjual di depan kebun binatang medan.
Mereka gak maksa sih.. Tapiiii mereka ngasih barang ke anak kecil lalu menagih ke orangtuanya.
Karena itu sebelum turun saya langsung bilang ke anak-anak
"Jangan Terima barang apapun dari orang yang gak kamu kenal.. " 😄
Habisnya cara jualannya salah sih..
Wadu ... kalau begitu namanya 'maksa' juga bukan sih, Kak Icha?
HapusCerita seru Kak Acha di Pantai Kuta Mandalika membuat saya bayangin keindahan pantainya. Dulu saat saya tinggal di Bali sudah pernah ke Lombok dua kali. Tapi hanya ke seputar Mataram saja. Awal bulan lalu dipameri suami yang ke Rinjani sekalian ke Pantai Kuta Mandalika ini...Wah pengiiin saya, semoga nanti ke sana juga
BalasHapusSemoga keinginan Mba Dian mengunjungi Pantai Kuta Mandalika dan destinasi wisata lainnya di Pulau Lombok terlaksana. Aamiin.
HapusPanasnyaa main ke pantai saat matahari di atas kepala ... tapi saya juga senang Acha ahaha, beberapa kali saya main ke Pantai Losari di Makassar di siang bolong ... soalnya sepiii. Leluasa buat pepotoan :)
BalasHapusBener, Bunda Niar. Leluasa kalau mau pepotoan karena nggak terlalu rame.
HapusAih, wish one day aku bisa menyambangi Pantai Losari juga ya, Bun. Pengen nyicipin sepotong cerita di buku Athirah karyanya Alberthiene Endah ketika Pak Yusuf Kalla muda menghabiskan waktunya di tepian pantainya sama teman-teman masa mudanya. Doakan Acha ya, Bun.
Es kelapa muda itu emang identik dengan lokasi wisata pantai ya. Mau hujan mau panas es kelapa muda emang nyaman aja diminum dalam segala suasana
BalasHapusDari gambarnya apa tidak ada tempat berteduh hehe. Kayaknya lebih cocok datang kesana waktu subuh atau sore hari
BalasHapusSaya juga ndak suka sama yang jualan suka maksa beli mba..
BalasHapusPernah punya pengalaman juga.
Tadinya kasihan, malah jadi sebel, dan enggan beli.
Malah pengen hengkang dari dunia persilatan (a.k.a tempat wisata tersebut)
Iya ya Kak Vi, rasa ibanya seketika menguap aja gitu dan jadinya kesal sebal.
HapusSeneng banget ya bisa menikmati wisata di Pantai Kuta Mandalika Lombok. Beruntung pula datang saat cuaca bagus, sayangnya adek adik penjual sovenir ini terlihat seperti memaksa wisatawan untuk membeli pasti terasa tak nyaman
BalasHapusTerakhir ke sini sblm pandemi sekalian berkunjung ke Bade lagi. Iya sih kadang yg nyebelin tuh anak2 penjual suvenir. Niatnya kita membeli krn kasihan. Eh malah yg lainnya datengin kita suruh beli jg. Kita yg beli malah terganggu. Smg pemda setempat bs ngatur mereka agar wisatawan jg nyaman berbelanja. Mereka jg bs untung berjualan.
BalasHapusDengan hitsnya sirkuit Mandalika, maka ikut tereksplor pantai Kuta Mandalika ya, Mbak yang memang pantainya sangat menarik. Hanya saja, soal anak-anak penjual suvenir ini harus diberitahu lagi, kalau berjualan jangan memaksa. Soalnya nanti wisatawan yang datang kurang nyaman. Apalagi kalau turis mancanegara, bisa cerita ke teman-teman.
BalasHapusKalau ngomongnya nanti, ya jadi makin dikintili ya kak Acha.
BalasHapusMungkin kudu tegas tuntas: " Maaf belum dulu".
Namun mungkin karena usaha kali mikirnya, meski jadinya mengindahkan perasaan si calon pembeli ya
Oh jadi ini yang namanya pantai Mandalika Saya tahunya Mandalika gara-gara rame sirkuit Mandalika itu sih Kak. Dari tulisan kakak saya akhirnya tahu nih gimana wujudnya pantai Mandalika
BalasHapusAku pernah ke pantai Mandalika ini beberapa tahun lalu, tapi hanya sekedar singgah lalu menikmati sunset di bukit merese. Sepertinya sedikit banyak ada berupahan yaahh, apalagi semenjak ada sirkuit balab motorGP.
BalasHapusKemarin jugaa mertua dan ortu kesini, cuma bisa ngilerr wwkwkwk karena ngga bisa ikutaaan hwaaa T_T semoga tahun depan bisa nih cicipin Mandalika
BalasHapusBelum pernah ke Lombok euy, moga suatu saat bisa ke sana dan main ke Pantai Kuta Mandalika.
BalasHapusKalau ada seller yang maksa emang bikin ilfil ya, gak jadi bersantai jadinya, tapi malah diuber2 mereka.
saya agak heran, kenapa dosebut pantai merica ya, oh karena texturenya yang agak keset dan kasar mirip merica kalau di lihat dari fotonya ka acha ya. suami nih ngajakin liburan ke lombok, tapi aku belum yakin karena belum tau banyak soal lombok. satu per satu mulai tau nih termasuk artikel ka acha ini nih, rekomended deh ngunjungi pantai kuta mandalika
BalasHapusWah baca ini jadi kangen dengan Kota Lombok pengen ke sana lagi pasti seru banget deh dan pengen ke Mandalika ya lagi
BalasHapusmasyaallah bagusnya pantainya, pasirnya ini pas untuk mainan oleh 3 kiddosku
BalasHapuspantainya juga bersih ya, bisa bbetah sehaian nih main disini
Bagus sekali pemandangan pantainya kak. Pantai juga salah satu tempat favorit kami untuk berwisata!
BalasHapuswah jadi kangen balik main ke Lombok niy, seru banget pastinya ke sana lagi main ke Pantai Mandalika yang sekarang pastinya makin berubah banyak apalagi makin lengkap fasilitas-fasilitasnya ya
BalasHapusJadi kangen lagi nih sama Lombok. Apalagi baca cerita tentang penduduk lokal yaitu anak-anak yang menjajakan cindera mata. Kerasa agak risih sih tapi gak tahu kenapa bikin kangen sama suasana di sana. Btw, saya malah lebih jauh lagi ketika baru mendarat di BIL, saya memilih penginapan ke Senggigi. Baru keesokan harinya menuju pantai di sekitaran sana (salah satunya Kuta Mandalika). Ujung ketemu ujung enggak sih. Hehe. My first experience.
BalasHapusPantai sering dijadikan tempat memulihkan mood kita loh. terlebih pantai kuta mandalika yang keren... Saya salah satu orang penyuka pantai. mood bisa naik hingga 100%, terlebih saat bermain ombak dan bersantai di tepi pantai
BalasHapus