pada tanggal
Baca
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Nama Senggigi sedari dahulu telah mahsyur sebagai lokasi wisata ikonik Pulau Seribu Masjid. Mendengarnya saja, tentu sudah membuat orang lekas menebak kalau pantai cantik ini berada di Lombok. Kalau sudah jadi lokasi wisata, tentu akan berhubungan dengan tiket masuk, fasilitas, dan lain sebagainya, bukan?
Lalu, bila ingin berpose sebentar di tempat dengan pemandangan memesona tanpa keluar biaya, bagaimana? Sebenarnya, ada spot foto di Jalan Raya Senggigi yang bisa mempercantik galeri media sosialmu, dan gratis pula. Catatan pentingnya, tetap “tahu diri” dan “tahu waktu” juga “tahu keadaan” jika berada di sana.
Galeri di ponsel Ka Acha sebenarnya jelang senja kala itu
sudah cukup dipenuhi oleh banyak pemandangan cantik khas pantai Pulau Lombok.
Toh pemberhentian sebelumnya kan, saya beserta Mas dan Mama juga Pak Prof sudah
mengunjungi sebuah pura
di atas batu karang yang lokasinya memang berada di tepian jalur Jalan Raya
Senggigi.
Sembari memamerkan beberapa hasil tangkapan kamera ponsel
kepada Mama, telinga saya asik menikmati cerita Papa – Pak Prof kesayangan
saya. Beliau tengah memberi pilihan bagi kedua anak besarnya ini, ingin
melewati jalur pesisir atau kawasan perbukitan.
Tujuan kami saat itu adalah ke rumah paman dari pihak Mama
di kawasan Gondang, Lombok Utara. Tempat yang bisa disambangi baik melalui
jalan tepian pesisir pantai yang butuh waktu lebih panjang, atau kawasan
perbukitan yang sudah bisa dipastikan bikin Pak Prof sering menginjak pedal gas
karena (dahulu sih menurut cerita Pak Prof) terkenal berbahaya dari segi keamanan.
Saya yang duduk di kursi belakang bersama Mas, cingciripit
persis dua anak kecil. Kalau telunjuk saya gagal ditangkap oleh gerakan cepat
tangan Mas, maka kami akan ambil jalur cepat karena saya merasa ingin lekas
bertemu Kakek Muda dan Nenek Muda. Sebaliknya, tentu jalur lambat melintasi jalur
pesisir yang jadi pilihannya.
Sayang sekali. Ka Acha kalah cepat. Ya sudah, akhirnya jalur
pantai yang menjadi juaranya. Mama hanya tertawa. Sisi baiknya, mobil yang Pak
Prof kendarai bisa melintasi spot tertinggi di jalur Jalan Raya Senggigi. Ada
waktu sebentar yang bisa kami curi untuk mengisi galeri ponsel lagi sebelum senja
datang.
Lagi lagi, bukan hanya Ka Acha yang kalah dalam permainan
dan harus mengikhlaskan diri untuk duduk lebih lama di bangku belakang. Pak Prof
pun sama.
Seharian itu, perjalanan kami cukup panjang. Dimulai dari
mengunjungi cagar
budaya Lombok dengan replika Gunung Rinjani sebagai destinasi pertama.
Disusul mengunjungi pusat oleh-oleh sebagai bawaan yang akan dihadiahkan pada
teman-teman kami semua di kantor masing-masing.
Pak Prof yang menyetir kendaraan roda empat milik salah satu
keluarganya yang bermukim di Lombok pun, tentu banyak penyesuaian, ya kan?
Tarikan mobilnya berbeda dengan mobil milik Pak Prof sendiri yang biasa dibawa
dalam mobilitas hariannya di Bogor. Maka rasa lelah berkendara dan kantuk yang
datang nggak bisa dihindarkan.
Pas sekali, Mama mengajak Pak Prof menepi di dekat titik
tertinggi di Jalan Raya Senggigi. Pak Prof menurut. Kebetulan sekali, saya pun
merasa lelah duduk diam di dalam kendaraan dan hanya memandangi jalan panjang
yang ramai oleh kendaraan. Mas saja yang sempat terpejam.
“Selamat datang di kawasan Malimbu, Nak,” begitu bisik Mama.
Aih, padahal kan saya lahir di Lombok, tapi Mama memperlakukan
Ka Acha persis turis yang sedang dibawa berkeliling. Orangtua memang begitu,
sebesar apapun sang buah hati, tetap serasa “masih kecil” saja.
Ada sebuah saung kosong yang entah milik siapa, menyediakan
sebuah kursi bambu panjang. Pak Prof yang lelah, setelah sedikit membersihkan
tempat duduk tersebut, merebahkan badannya.
Ka Acha paham betul, usia nggak pernah berkhianat dengan urusan
badan. Bagaimana pun jiwa muda Pak Prof membara selama ini, usianya sudah
jelang lansia. Payahnya, Mas nggak berani menyetir karena jalurnya cukup ramai lagi
berkelok naik turun dan memang belum cukup mahir. Pak Prof tentu nggak mau
ambil risiko.
Sebuah kebun menarik perhatian saya. Di bawah atap saung
kosong tadi, saya memotret Pohon Pisang yang diterpa cahaya matahari jelang
senja.
Angin mempermainkan kerudung biru muda yang saya kenakan.
Dalam sekejap, saya temukan kalau Pak Prof tengah terlelap.
Nggak mungkin kalau Mama ikut menjelajah kawasan titik tertinggi di Jalan Raya Senggigi yang sedang kami singgahi karena Pak Prof perlu ada yang menemani. Apalagi mobil terparkir begitu saja di lahan yang sedikit lebih lega di tepian jalan raya. Maka Mama memberi batas waktu untuk saya dan Mas menjelajah sebentar saja.
Dari salah satu spot di titik tertinggi Jalan Raya Senggigi
yang memanjang di seluruh tepian pantai wilayah Lombok Barat, saya kembali
menyalakan kamera ponsel. Pesan Mama untuk berhati-hati dan menjauh bila ada orang
yang mendekati, begitu Ka Acha dan Mas patuhi.
Sebuah resort mewah yang dikenal punya kawasan pantai privat, nampak dari kejauhan. Keramaian di bawah sana begitu menggoda. Apalagi warna air laut pun begitu mendukung dengan keindahan birunya. Beberapa perahu layar menarik perhatian saya untuk menekan tombol jepret.
Langkah kaki saya dan Mas terus menanjak dalam jarak dekat hingga
sampai ke spot cantik lainnya. Rupanya ada sebuah jembatan kayu yang menempeli
pohon entah apa, sengaja dibuat untuk jadi spot foto instagramable. Sayang sekali, beberapa botol minuman yang terdiam
ditinggal tuannya, mengganggu pemandangan. Duh ….
Agar kamu nggak berekspektasi ketinggian dengan lokasi
wisata gratis di Lombok satu ini, maka saya sengaja nggak menyingkirkan sampah
yang berada di sana. Bukti nyata kalau masih banyak wisatawan yang berkunjung ke
suatu destinasi, lupa pada etika traveler, dimana salah satunya
adalah urusan menjaga kebersihan tempat wisata. Boleh, kan?
Kawasan Malimbu ini bisa kamu sambangi untuk memotret atau
berpose sebentar jika melintasi jalur pesisir antara wilayah Lombok Barat
menuju Lombok Utara, Jalan Raya Senggigi. Kawasan ini akan menunjukkan pesona
maksimalnya di kala senja.
Bukan hanya pemandangan pesisir pantai dengan laut biru
membentang luas saja yang bisa kamu dapati. Ada banyak sekali kebun milik warga
dengan berugaq – saung khas Lombok yang
sebagian dindingnya dibuat dari bedek – yang biasanya jadi tempat beristirahat
warga atau penjaga kebunnya, tersebar di berbagai titik.
Jika kamu beruntung, sedikit memasuki kawasan dekat desa,
bisa jadi kamu menemukan warung kecil yang menjual Tuak
Manis juga. Tapi biasanya minuman yang merupakan hasil sadapan dari Pohon
Enau ini, baru ada saat malam hari.
Saran Ka Acha – lewat pengalaman Pak Prof tentunya –
sebaiknya membeli yang beneran baru disadap dan jaga suhunya tetap dingin agar pembentukan
etanol dalam minumannya belum terjadi. Sesampai di tempatmu menginap, sesegera
mungkin dimasukkan kulkas dan lekas dihabiskan. Soalnya, kalau sudah muncul
kandungan alkoholnya, tentu bisa memabukkan. Sebaiknya juga membeli dari
penghasil Gula Aren atau Gula Semut saja, dibanding yang memang mengkhususkan
membuatnya.
Senja pun makin menjelang. Sadar sudah cukup lama bermain-main
bersama Mas di beberapa spot cantik Jalan Raya Senggigi, saya dan Mas memilih
kembali. Pak Prof ternyata sudah menunggu di balik kemudi. Tujuan kami ke rumah
Kakek dan Nenek Muda nggak jauh lagi.
Sepanjang menuruni kawasan Malimbu dan bersiap berbelok
menuju ke arah Lombok Utara, saya sempat mengabadikan beberapa pemandangan
cantik yang masih menggoda mata di tepian jalan. Sementara Mama yang duduk di
samping Papa, sibuk menjawab panggilan telepon dari Kakek Muda. Terasa sekali
kalau Kakek Muda dan Nenek Muda merindukan ponakan serta cucunya.
Senang sekali bisa berwisata sambil berfoto di Lombok. Ternyata Kak Acha lahir di Lombok ya. Saya pengen suatu hari nanti bisa ke sana
BalasHapusAamiin. Semoga kesempatannya tiba di waktu yang tepat ya, Mba.
HapusDulu saya pernah ke Lombok juga. Sepanjang perjalanan ke pantai disuguhkan panorama yang sangat indah.
BalasHapusJadi pengen terus menikmati momen memandang ke luar dari jendela mobil nggak sih jadinya.
HapusKe lombok? Saya seringjya dengat nama, denger cerita dari yang pernah ke sana, baca berita, langsung terbayang keindahan Lombok. Moga bisa main ke neru 1000+ masjid ij.
BalasHapusAamiin. Semoga kesempatannya datang di waktu yang pas ya.
HapusSeperti saya ke anak, kalau pegang hp di jalanan itu harus waspada. Terus bawel. Hehehe... Takutnya ada jambret, ya meski di daerah mana tahu kan ya. Namanya juga kejahatan bisa terjadi karen ada peluang
BalasHapusJadi keinget tahun kemarin di lombok kami sewa motor dan keliling senggigi.
BalasHapusLombok memang istimewa akuu sukaak dan pengen balik lagi, apalagi kangkung balacannya endeusss (gustiyeni)
Ooo ... Plecing Kangkung ya Mba? Ummm ... berarti Mba Yeni suka makanan pedas nih.
Hapusjadi pengen ke lombok lagi
BalasHapussaya cuman dua hari semalam ke lombok
Whooah! Malimbuuu.. Spot foto pertama aku waktu ke Lombok sekitar 2009, ah jadi kangen mo ke sana lagi. Waktu lebaran tahun ini ga sempet ke sana, udah banyak perubahan juga yah, Kak, makin cantik.
BalasHapusNyesel bgt pas liburan ke Lombok kemarin ga mampir sini. Malah mampir Kuta dan sirkuit Pertamina Mandalika itu sih. Lha kita jg ikut rombongan sih. Jd ga bs cari spot sesuai keinginan kita. Smg lain waktu bs ke sini lg. Mencari kedamaian dgn melihat pantai dr ketinggian.
BalasHapusTuak tu legen kalau di Jawa yaa, kak Acha?
BalasHapusAku gak nyangka kak Acha aslinya orang Lombok. Kalem banget..
Tapi om ku kan nikah sama orang Lombok, asik banget sii.. Kaya memang karakter tuh sesuai dari dimana ia dibesarkan yaa..
Iya, Teh, mirip kali ya sama Legen. Sebenarnya ada juga sih yang beralkohol dan sebaiknya dihindari nih buat yang muslim. Sebutannya pun mirip. Jadi memang sebaiknya bilangnya beli air nira segar kali ya.
HapusHihihi ... mungkin karena aku lebih banyak tumbuh di Bogor kali ya. Atau memang karena keluargaku banyakan yang kalem jadi aku keikutan.
Melihat kak Acha yang kaleum.. hihi.. memang ketebaknya pasti orang Jawa Barat.
HapusMenyenangkan sekali bermain ke Malimbu. Dan di sana tuh anginnya mashaAllah yaa.. kenceng banget.
Jadi kudu makan yang baik supaya badan tetap fit dan tetap bisa menikmati senja di pinggir pantai.
Penasaran Ama rasa tuak manis. Minuman ini juga terkenal di Sumatera Utara, tapi pastinya yg sudah mengandung alkohol, makanya aku ga pernah bisa coba.
BalasHapusBagus banget memang view dari atas mba. 😍. Pastilah betah untuk duduk sebentar , foto, dan menikmati pemandangannya. Sejauh mata lihat lautan luas gini langsung adem yaa. Apalagi warna birunya secantik itu❤️
Rasanya manis segar sih Mba.
HapusTapi ya itu, waktu belinya harus beneran teliti dan sebaiknya beli pas malam biar dapat air nira yang beneran baru diambil dari pohonnya (setelah ditampung gitu).
Mereka sih sebutnya "Tuak Manis" untuk si air nira yang mau langsung diminum gini, tapi ada juga yang jual Tuak Manis dan sudah dicampur beras segala rupa lalu difermentasikan dan jadinya beralkohol. Sebaiknya sih kalau kitanya bukan dari sana dan memang nggak fasih bahasa Sasak (papaku bisa karena lama merantau di Lombok dari beliau muda) jadi lebih baik kalau dapat guide ya jelasin aja pengen coba air nira tapi yang belum jadi alkoholnya. Gitu, Mba Fanny.
Tricky ya kalau mau icip begini. Kalau di Jawa, seperti kata Teh Lendy di atas, bener sih, Legen sebutannya.
Kadang memang beberapa traveler tuh nyebelinnya parah banget. Memang apa sulitnya sih membawa kembali bungkus makanan atau apapun itu saat berwisata. Apalagi kawasan wisatanya memang terjangkau. Biar semuanya merasakan keindahannya tanpa terganggu sama hal-hal yang bikin sakit mata.
BalasHapusAku ada teman yang berjodoh dengan orang Lombok. Duh kalau dengar ceritanya tuh aku pingin banget berkunjung ke sana.
Suka banget sama jepretannya Kak. Kebayang kalau disana pemandangannya indah, sambil jalan sendiri dan menikmati bener-benar semuanya.
BalasHapusWah aku baru tahu kalo Acha lahir di Lombok, kayak pulang kampung dong ya ketika menyambangi Lombok.
BalasHapusAwal tahun 2020 sebelum pandemi, aku dan teman blogger sempat mengunjungi Lombok. Sempat mampir Pantai Senggigi tapi hanya dari tepi jalan raya. Kami memilih foto dekat tebing tinggi yang ada di jalur menuju Senggigi
Wah suka banget sama viewnyaaaa.. Semoga terus indah seperti ini yaa, biar kalau aku kesana masih bisa melihat keindahannya seperti ini hhi..
BalasHapusboleh juga nih mbak trik meminum tuaknya sebelum kandungan alkoholnya terbentuk jadinya masih termasuk halal gitu ya minumannya?
BalasHapusAku baru tahu tentang lombok itu saat terjadi bencana alam beberapa tahun lalu. Namun ternyata di balik semua itu Lombok menyimpan banyak pariwisata yang bagus dan baik
BalasHapusSaya pengen bisa ke Lombok, Acha ... penasaran pengen lihat pendangan indah pantai-pantainya daaan makanan lauk ikannya :)
BalasHapusCha, tuak manis itu sama dengan lahang kalau di Jawa Barat bukan sih? Hehe...kan Acha tinggal di Bogor, jadi mungkin tau lahang ini juga.
BalasHapusMba baca ini jadi kangen banget dengan Lombok, sudha lama tidak ke sana, saya ke sana terakhir itu tahun 2022 April kayaknya udah lama banget ga ke sana lagi
BalasHapusMasyaAllah, indah banget pemandangan di Senggigi, cocok banget memang untuk dijadikan spot-spot foto untuk kebutuhan media sosial atau sekedar kita simpan untuk kenangan habis jalan-jalan dari Singgigi
BalasHapusKeren ya pemandangannyaa... kapal pesiarnya juga keren. Kebayang deh ibu sendiri malah jadi tour guide anaknya sendiri hehe
BalasHapuspengen deh bisa ke lombok, sampai sekarang belum pernah kesampaian untuk bisa berwisata ke sana. banyak pantai yang ingin saya kunjungi di sana
BalasHapusAstaga indahnyaaa. Aku belum pernah lho ke Lombok. Seringnya masih ke Bali. Tahun lalu pas di Bali lama, pengen banget langsung ke Lombok, eh malah udah dipanggil balik ke Jakarta lagi. Semoga deh someday bisa ke Lombok biar bisa ke Senggigi.
BalasHapusAaamiin~
HapusBerasa ketagihan ke Lombok daripada Bali nanti, ka Moon.
Tapi aku juga belum banyak explore Lombok sii..
Soalnya memang emm, panas yaa.. disana. hehehe, mager banget mo kemana-mana. Karena aku punya om yang dom Mataram, jadi seneng aja di rumah.
Selalu banyak yang bisa diabadikan ketika wisata alam
BalasHapusBentuknya yang luar biasa memang sayang dilewatkan
Seperti itu lah kuasanya
Bacanini jadi kangen banget deh pengen ke Senggigi lagi terakhir ke sini tahun lalu belum ke sana lagi pasti bakalan seru banget niy liburan ke sana lagi apalagi pas musim panas begini rumput rumput banyak yang coklat
BalasHapusItulah kenikmatan jalan darat dan bawa kendaraan sendiri ya, Mbak. Jadi bisa mampir-mampir untuk menikmati keindahan alam di sepanjang perjalanan, sekaligus untuk isitriahat juga.
BalasHapusDan keren sekali sepot-spot foto di jalan raya Senggigi Lombok ini. Semoga bisa segera menikmati keindahan alam Lombok.
Saya baru-baru ini nonton konten salah satu youtuber yang janjalan ke lombok sama keluarganya. Kebetulan mereka menginap di hotel di daerah Senggigi.
BalasHapusCantik sekali ya...
Kayaknya pohon kelapa di lombok lebih banyak daripada di Bali (malah di Bali gak ada de).
Saya pengen de liburan ke Lombok
Pernah minum tuak manis ini, dulu banget...Oke noted sebaiknya membeli yang beneran baru disadap dan jaga suhunya tetap dingin agar pembentukan etanol dalam minumannya belum terjadi. Jadi masih aman dan belum memabukkan.
BalasHapusBtw, saya suka gaya bercerita traveling ala Ka Acha! Keren, Ka!
Saya yakin saya pernah ke sini sekitar 13 tahun yang lalu ketika mengunjungi adik saya di Tanjung. Hanya saja nggak ada yang menceritakan kepada saya waktu itu bahwa kita bisa beli enau pada warga setempat.
BalasHapusSenang sekali baca tulisan kak Acha ini
BalasHapusSaya belum pernah ke lombok kak
Semoga someday bisa ke lombok dan menikmati kecantikan alam Senggigi ini
Ah, cantik nian pantainya, ingin sekali bisa ke Lombok suatu waktu nanti. Bersama keluarga tentu saja. Sangat menyenangkan.. :)
BalasHapusMasyaallah, bagus banget sih Kakkk. Lombok sudah masuk di bucket list tempat wajib dikunjungi sih. Dan memang agak kzl juga kesadaran tentang kebersihan lingkungan ini yang masih jadi PR warga +62 ini ya Kak. Ad apantai yang belum viral masih bersih, setelah viral sampah beredar sejauh mata memandang. sedih pol :((
BalasHapusWahh daku belum pernah ke Lombok nih Kak. Jadi pengen traveling ke sana dan liburan ke Senggigi.
BalasHapusAsyik ya kak Acha kalau mudik ke Lombok, bisa sambil liburan.
Pantai Senggigi indah banget ya, dan minimnya kesadaran akan kebersihan bisa jadi PR pemerintah setempat ya untuk sosialisasi terkait sampah dan kebersihan lingkungan
BalasHapuspantainya bagusnya, pemandangan sekitarnya pun teduh.. suka sekali melihatnya di tulisan ini, aku belum pernah ke lombok soalnya xD terimakasih sudah sharing melalui blog ini cha ^^
BalasHapus