Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Spot Foto Di Titik Tertinggi Jalan Raya Senggigi

Nama Senggigi sedari dahulu telah mahsyur sebagai lokasi wisata ikonik Pulau Seribu Masjid. Mendengarnya saja, tentu sudah membuat orang lekas menebak kalau pantai cantik ini berada di Lombok. Kalau sudah jadi lokasi wisata, tentu akan berhubungan dengan tiket masuk, fasilitas, dan lain sebagainya, bukan?

Lalu, bila ingin berpose sebentar di tempat dengan pemandangan memesona tanpa keluar biaya, bagaimana? Sebenarnya, ada spot foto di Jalan Raya Senggigi yang bisa mempercantik galeri media sosialmu, dan gratis pula. Catatan pentingnya, tetap “tahu diri” dan “tahu waktu” juga “tahu keadaan” jika berada di sana.

bukit malimbu lombok

Galeri di ponsel Ka Acha sebenarnya jelang senja kala itu sudah cukup dipenuhi oleh banyak pemandangan cantik khas pantai Pulau Lombok. Toh pemberhentian sebelumnya kan, saya beserta Mas dan Mama juga Pak Prof sudah mengunjungi sebuah pura di atas batu karang yang lokasinya memang berada di tepian jalur Jalan Raya Senggigi.

Sembari memamerkan beberapa hasil tangkapan kamera ponsel kepada Mama, telinga saya asik menikmati cerita Papa – Pak Prof kesayangan saya. Beliau tengah memberi pilihan bagi kedua anak besarnya ini, ingin melewati jalur pesisir atau kawasan perbukitan.

Tujuan kami saat itu adalah ke rumah paman dari pihak Mama di kawasan Gondang, Lombok Utara. Tempat yang bisa disambangi baik melalui jalan tepian pesisir pantai yang butuh waktu lebih panjang, atau kawasan perbukitan yang sudah bisa dipastikan bikin Pak Prof sering menginjak pedal gas karena (dahulu sih menurut cerita Pak Prof) terkenal berbahaya dari segi keamanan.

Saya yang duduk di kursi belakang bersama Mas, cingciripit persis dua anak kecil. Kalau telunjuk saya gagal ditangkap oleh gerakan cepat tangan Mas, maka kami akan ambil jalur cepat karena saya merasa ingin lekas bertemu Kakek Muda dan Nenek Muda. Sebaliknya, tentu jalur lambat melintasi jalur pesisir yang jadi pilihannya.

Sayang sekali. Ka Acha kalah cepat. Ya sudah, akhirnya jalur pantai yang menjadi juaranya. Mama hanya tertawa. Sisi baiknya, mobil yang Pak Prof kendarai bisa melintasi spot tertinggi di jalur Jalan Raya Senggigi. Ada waktu sebentar yang bisa kami curi untuk mengisi galeri ponsel lagi sebelum senja datang.

Lagi lagi, bukan hanya Ka Acha yang kalah dalam permainan dan harus mengikhlaskan diri untuk duduk lebih lama di bangku belakang. Pak Prof pun sama.

Seharian itu, perjalanan kami cukup panjang. Dimulai dari mengunjungi cagar budaya Lombok dengan replika Gunung Rinjani sebagai destinasi pertama. Disusul mengunjungi pusat oleh-oleh sebagai bawaan yang akan dihadiahkan pada teman-teman kami semua di kantor masing-masing.

Pak Prof yang menyetir kendaraan roda empat milik salah satu keluarganya yang bermukim di Lombok pun, tentu banyak penyesuaian, ya kan? Tarikan mobilnya berbeda dengan mobil milik Pak Prof sendiri yang biasa dibawa dalam mobilitas hariannya di Bogor. Maka rasa lelah berkendara dan kantuk yang datang nggak bisa dihindarkan.

Pas sekali, Mama mengajak Pak Prof menepi di dekat titik tertinggi di Jalan Raya Senggigi. Pak Prof menurut. Kebetulan sekali, saya pun merasa lelah duduk diam di dalam kendaraan dan hanya memandangi jalan panjang yang ramai oleh kendaraan. Mas saja yang sempat terpejam.

view cantik di jalan raya senggigi

“Selamat datang di kawasan Malimbu, Nak,” begitu bisik Mama.

Aih, padahal kan saya lahir di Lombok, tapi Mama memperlakukan Ka Acha persis turis yang sedang dibawa berkeliling. Orangtua memang begitu, sebesar apapun sang buah hati, tetap serasa “masih kecil” saja.

Ada sebuah saung kosong yang entah milik siapa, menyediakan sebuah kursi bambu panjang. Pak Prof yang lelah, setelah sedikit membersihkan tempat duduk tersebut, merebahkan badannya.

Ka Acha paham betul, usia nggak pernah berkhianat dengan urusan badan. Bagaimana pun jiwa muda Pak Prof membara selama ini, usianya sudah jelang lansia. Payahnya, Mas nggak berani menyetir karena jalurnya cukup ramai lagi berkelok naik turun dan memang belum cukup mahir. Pak Prof tentu nggak mau ambil risiko.

Sebuah kebun menarik perhatian saya. Di bawah atap saung kosong tadi, saya memotret Pohon Pisang yang diterpa cahaya matahari jelang senja.

Angin mempermainkan kerudung biru muda yang saya kenakan. Dalam sekejap, saya temukan kalau Pak Prof tengah terlelap.

Nggak mungkin kalau Mama ikut menjelajah kawasan titik tertinggi di Jalan Raya Senggigi yang sedang kami singgahi karena Pak Prof perlu ada yang menemani. Apalagi mobil terparkir begitu saja di lahan yang sedikit lebih lega di tepian jalan raya. Maka Mama memberi batas waktu untuk saya dan Mas menjelajah sebentar saja.

saung tepi jalan di Malimbu Lombok

Dari salah satu spot di titik tertinggi Jalan Raya Senggigi yang memanjang di seluruh tepian pantai wilayah Lombok Barat, saya kembali menyalakan kamera ponsel. Pesan Mama untuk berhati-hati dan menjauh bila ada orang yang mendekati, begitu Ka Acha dan Mas patuhi.

Sebuah resort mewah yang dikenal punya kawasan pantai privat, nampak dari kejauhan. Keramaian di bawah sana begitu menggoda. Apalagi warna air laut pun begitu mendukung dengan keindahan birunya. Beberapa perahu layar menarik perhatian saya untuk menekan tombol jepret.

salah satu resort mewah di sekitaran senggigi

Langkah kaki saya dan Mas terus menanjak dalam jarak dekat hingga sampai ke spot cantik lainnya. Rupanya ada sebuah jembatan kayu yang menempeli pohon entah apa, sengaja dibuat untuk jadi spot foto instagramable. Sayang sekali, beberapa botol minuman yang terdiam ditinggal tuannya, mengganggu pemandangan. Duh ….

Agar kamu nggak berekspektasi ketinggian dengan lokasi wisata gratis di Lombok satu ini, maka saya sengaja nggak menyingkirkan sampah yang berada di sana. Bukti nyata kalau masih banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi, lupa pada etika traveler, dimana salah satunya adalah urusan menjaga kebersihan tempat wisata. Boleh, kan?

spot instagramable bukit malimbu

Kawasan Malimbu ini bisa kamu sambangi untuk memotret atau berpose sebentar jika melintasi jalur pesisir antara wilayah Lombok Barat menuju Lombok Utara, Jalan Raya Senggigi. Kawasan ini akan menunjukkan pesona maksimalnya di kala senja.

Bukan hanya pemandangan pesisir pantai dengan laut biru membentang luas saja yang bisa kamu dapati. Ada banyak sekali kebun milik warga dengan berugaq – saung khas Lombok yang sebagian dindingnya dibuat dari bedek – yang biasanya jadi tempat beristirahat warga atau penjaga kebunnya, tersebar di berbagai titik.

Jika kamu beruntung, sedikit memasuki kawasan dekat desa, bisa jadi kamu menemukan warung kecil yang menjual Tuak Manis juga. Tapi biasanya minuman yang merupakan hasil sadapan dari Pohon Enau ini, baru ada saat malam hari.

Saran Ka Acha – lewat pengalaman Pak Prof tentunya – sebaiknya membeli yang beneran baru disadap dan jaga suhunya tetap dingin agar pembentukan etanol dalam minumannya belum terjadi. Sesampai di tempatmu menginap, sesegera mungkin dimasukkan kulkas dan lekas dihabiskan. Soalnya, kalau sudah muncul kandungan alkoholnya, tentu bisa memabukkan. Sebaiknya juga membeli dari penghasil Gula Aren atau Gula Semut saja, dibanding yang memang mengkhususkan membuatnya.

Senja pun makin menjelang. Sadar sudah cukup lama bermain-main bersama Mas di beberapa spot cantik Jalan Raya Senggigi, saya dan Mas memilih kembali. Pak Prof ternyata sudah menunggu di balik kemudi. Tujuan kami ke rumah Kakek dan Nenek Muda nggak jauh lagi.

Sepanjang menuruni kawasan Malimbu dan bersiap berbelok menuju ke arah Lombok Utara, saya sempat mengabadikan beberapa pemandangan cantik yang masih menggoda mata di tepian jalan. Sementara Mama yang duduk di samping Papa, sibuk menjawab panggilan telepon dari Kakek Muda. Terasa sekali kalau Kakek Muda dan Nenek Muda merindukan ponakan serta cucunya.

 

 

Komentar

  1. Senang sekali bisa berwisata sambil berfoto di Lombok. Ternyata Kak Acha lahir di Lombok ya. Saya pengen suatu hari nanti bisa ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga kesempatannya tiba di waktu yang tepat ya, Mba.

      Hapus
  2. Dulu saya pernah ke Lombok juga. Sepanjang perjalanan ke pantai disuguhkan panorama yang sangat indah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi pengen terus menikmati momen memandang ke luar dari jendela mobil nggak sih jadinya.

      Hapus
  3. Ke lombok? Saya seringjya dengat nama, denger cerita dari yang pernah ke sana, baca berita, langsung terbayang keindahan Lombok. Moga bisa main ke neru 1000+ masjid ij.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Semoga kesempatannya datang di waktu yang pas ya.

      Hapus
  4. Seperti saya ke anak, kalau pegang hp di jalanan itu harus waspada. Terus bawel. Hehehe... Takutnya ada jambret, ya meski di daerah mana tahu kan ya. Namanya juga kejahatan bisa terjadi karen ada peluang

    BalasHapus
  5. Jadi keinget tahun kemarin di lombok kami sewa motor dan keliling senggigi.

    Lombok memang istimewa akuu sukaak dan pengen balik lagi, apalagi kangkung balacannya endeusss (gustiyeni)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ooo ... Plecing Kangkung ya Mba? Ummm ... berarti Mba Yeni suka makanan pedas nih.

      Hapus
  6. jadi pengen ke lombok lagi
    saya cuman dua hari semalam ke lombok

    BalasHapus
  7. Whooah! Malimbuuu.. Spot foto pertama aku waktu ke Lombok sekitar 2009, ah jadi kangen mo ke sana lagi. Waktu lebaran tahun ini ga sempet ke sana, udah banyak perubahan juga yah, Kak, makin cantik.

    BalasHapus
  8. Nyesel bgt pas liburan ke Lombok kemarin ga mampir sini. Malah mampir Kuta dan sirkuit Pertamina Mandalika itu sih. Lha kita jg ikut rombongan sih. Jd ga bs cari spot sesuai keinginan kita. Smg lain waktu bs ke sini lg. Mencari kedamaian dgn melihat pantai dr ketinggian.

    BalasHapus
  9. Tuak tu legen kalau di Jawa yaa, kak Acha?
    Aku gak nyangka kak Acha aslinya orang Lombok. Kalem banget..
    Tapi om ku kan nikah sama orang Lombok, asik banget sii.. Kaya memang karakter tuh sesuai dari dimana ia dibesarkan yaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Teh, mirip kali ya sama Legen. Sebenarnya ada juga sih yang beralkohol dan sebaiknya dihindari nih buat yang muslim. Sebutannya pun mirip. Jadi memang sebaiknya bilangnya beli air nira segar kali ya.

      Hihihi ... mungkin karena aku lebih banyak tumbuh di Bogor kali ya. Atau memang karena keluargaku banyakan yang kalem jadi aku keikutan.

      Hapus
    2. Melihat kak Acha yang kaleum.. hihi.. memang ketebaknya pasti orang Jawa Barat.
      Menyenangkan sekali bermain ke Malimbu. Dan di sana tuh anginnya mashaAllah yaa.. kenceng banget.
      Jadi kudu makan yang baik supaya badan tetap fit dan tetap bisa menikmati senja di pinggir pantai.

      Hapus
  10. Penasaran Ama rasa tuak manis. Minuman ini juga terkenal di Sumatera Utara, tapi pastinya yg sudah mengandung alkohol, makanya aku ga pernah bisa coba.

    Bagus banget memang view dari atas mba. 😍. Pastilah betah untuk duduk sebentar , foto, dan menikmati pemandangannya. Sejauh mata lihat lautan luas gini langsung adem yaa. Apalagi warna birunya secantik itu❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rasanya manis segar sih Mba.

      Tapi ya itu, waktu belinya harus beneran teliti dan sebaiknya beli pas malam biar dapat air nira yang beneran baru diambil dari pohonnya (setelah ditampung gitu).

      Mereka sih sebutnya "Tuak Manis" untuk si air nira yang mau langsung diminum gini, tapi ada juga yang jual Tuak Manis dan sudah dicampur beras segala rupa lalu difermentasikan dan jadinya beralkohol. Sebaiknya sih kalau kitanya bukan dari sana dan memang nggak fasih bahasa Sasak (papaku bisa karena lama merantau di Lombok dari beliau muda) jadi lebih baik kalau dapat guide ya jelasin aja pengen coba air nira tapi yang belum jadi alkoholnya. Gitu, Mba Fanny.

      Tricky ya kalau mau icip begini. Kalau di Jawa, seperti kata Teh Lendy di atas, bener sih, Legen sebutannya.

      Hapus
  11. Kadang memang beberapa traveler tuh nyebelinnya parah banget. Memang apa sulitnya sih membawa kembali bungkus makanan atau apapun itu saat berwisata. Apalagi kawasan wisatanya memang terjangkau. Biar semuanya merasakan keindahannya tanpa terganggu sama hal-hal yang bikin sakit mata.
    Aku ada teman yang berjodoh dengan orang Lombok. Duh kalau dengar ceritanya tuh aku pingin banget berkunjung ke sana.

    BalasHapus
  12. Suka banget sama jepretannya Kak. Kebayang kalau disana pemandangannya indah, sambil jalan sendiri dan menikmati bener-benar semuanya.

    BalasHapus
  13. Wah aku baru tahu kalo Acha lahir di Lombok, kayak pulang kampung dong ya ketika menyambangi Lombok.

    Awal tahun 2020 sebelum pandemi, aku dan teman blogger sempat mengunjungi Lombok. Sempat mampir Pantai Senggigi tapi hanya dari tepi jalan raya. Kami memilih foto dekat tebing tinggi yang ada di jalur menuju Senggigi

    BalasHapus
  14. Wah suka banget sama viewnyaaaa.. Semoga terus indah seperti ini yaa, biar kalau aku kesana masih bisa melihat keindahannya seperti ini hhi..

    BalasHapus
  15. boleh juga nih mbak trik meminum tuaknya sebelum kandungan alkoholnya terbentuk jadinya masih termasuk halal gitu ya minumannya?

    BalasHapus
  16. Aku baru tahu tentang lombok itu saat terjadi bencana alam beberapa tahun lalu. Namun ternyata di balik semua itu Lombok menyimpan banyak pariwisata yang bagus dan baik

    BalasHapus
  17. Saya pengen bisa ke Lombok, Acha ... penasaran pengen lihat pendangan indah pantai-pantainya daaan makanan lauk ikannya :)

    BalasHapus
  18. Cha, tuak manis itu sama dengan lahang kalau di Jawa Barat bukan sih? Hehe...kan Acha tinggal di Bogor, jadi mungkin tau lahang ini juga.

    BalasHapus
  19. Mba baca ini jadi kangen banget dengan Lombok, sudha lama tidak ke sana, saya ke sana terakhir itu tahun 2022 April kayaknya udah lama banget ga ke sana lagi

    BalasHapus
  20. MasyaAllah, indah banget pemandangan di Senggigi, cocok banget memang untuk dijadikan spot-spot foto untuk kebutuhan media sosial atau sekedar kita simpan untuk kenangan habis jalan-jalan dari Singgigi

    BalasHapus
  21. Keren ya pemandangannyaa... kapal pesiarnya juga keren. Kebayang deh ibu sendiri malah jadi tour guide anaknya sendiri hehe

    BalasHapus
  22. pengen deh bisa ke lombok, sampai sekarang belum pernah kesampaian untuk bisa berwisata ke sana. banyak pantai yang ingin saya kunjungi di sana

    BalasHapus
  23. Astaga indahnyaaa. Aku belum pernah lho ke Lombok. Seringnya masih ke Bali. Tahun lalu pas di Bali lama, pengen banget langsung ke Lombok, eh malah udah dipanggil balik ke Jakarta lagi. Semoga deh someday bisa ke Lombok biar bisa ke Senggigi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiin~
      Berasa ketagihan ke Lombok daripada Bali nanti, ka Moon.

      Tapi aku juga belum banyak explore Lombok sii..
      Soalnya memang emm, panas yaa.. disana. hehehe, mager banget mo kemana-mana. Karena aku punya om yang dom Mataram, jadi seneng aja di rumah.

      Hapus
  24. Selalu banyak yang bisa diabadikan ketika wisata alam
    Bentuknya yang luar biasa memang sayang dilewatkan
    Seperti itu lah kuasanya

    BalasHapus
  25. Bacanini jadi kangen banget deh pengen ke Senggigi lagi terakhir ke sini tahun lalu belum ke sana lagi pasti bakalan seru banget niy liburan ke sana lagi apalagi pas musim panas begini rumput rumput banyak yang coklat

    BalasHapus
  26. Itulah kenikmatan jalan darat dan bawa kendaraan sendiri ya, Mbak. Jadi bisa mampir-mampir untuk menikmati keindahan alam di sepanjang perjalanan, sekaligus untuk isitriahat juga.
    Dan keren sekali sepot-spot foto di jalan raya Senggigi Lombok ini. Semoga bisa segera menikmati keindahan alam Lombok.

    BalasHapus
  27. Saya baru-baru ini nonton konten salah satu youtuber yang janjalan ke lombok sama keluarganya. Kebetulan mereka menginap di hotel di daerah Senggigi.
    Cantik sekali ya...
    Kayaknya pohon kelapa di lombok lebih banyak daripada di Bali (malah di Bali gak ada de).
    Saya pengen de liburan ke Lombok

    BalasHapus
  28. Pernah minum tuak manis ini, dulu banget...Oke noted sebaiknya membeli yang beneran baru disadap dan jaga suhunya tetap dingin agar pembentukan etanol dalam minumannya belum terjadi. Jadi masih aman dan belum memabukkan.
    Btw, saya suka gaya bercerita traveling ala Ka Acha! Keren, Ka!

    BalasHapus
  29. Saya yakin saya pernah ke sini sekitar 13 tahun yang lalu ketika mengunjungi adik saya di Tanjung. Hanya saja nggak ada yang menceritakan kepada saya waktu itu bahwa kita bisa beli enau pada warga setempat.

    BalasHapus
  30. Senang sekali baca tulisan kak Acha ini
    Saya belum pernah ke lombok kak
    Semoga someday bisa ke lombok dan menikmati kecantikan alam Senggigi ini

    BalasHapus
  31. Ah, cantik nian pantainya, ingin sekali bisa ke Lombok suatu waktu nanti. Bersama keluarga tentu saja. Sangat menyenangkan.. :)

    BalasHapus
  32. Masyaallah, bagus banget sih Kakkk. Lombok sudah masuk di bucket list tempat wajib dikunjungi sih. Dan memang agak kzl juga kesadaran tentang kebersihan lingkungan ini yang masih jadi PR warga +62 ini ya Kak. Ad apantai yang belum viral masih bersih, setelah viral sampah beredar sejauh mata memandang. sedih pol :((

    BalasHapus
  33. Wahh daku belum pernah ke Lombok nih Kak. Jadi pengen traveling ke sana dan liburan ke Senggigi.

    Asyik ya kak Acha kalau mudik ke Lombok, bisa sambil liburan.

    BalasHapus
  34. Pantai Senggigi indah banget ya, dan minimnya kesadaran akan kebersihan bisa jadi PR pemerintah setempat ya untuk sosialisasi terkait sampah dan kebersihan lingkungan

    BalasHapus
  35. pantainya bagusnya, pemandangan sekitarnya pun teduh.. suka sekali melihatnya di tulisan ini, aku belum pernah ke lombok soalnya xD terimakasih sudah sharing melalui blog ini cha ^^

    BalasHapus

Posting Komentar