pada tanggal
Baca
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pura Batu Bolong bukan hanya berada di Bali. Sebuah tempat peribadatan masyarakat Hindu yang dibangun di atas sebuah batu karang andesit yang memiliki lubang dan – kebanyakan – bisa dilewati pada bagian bawahnya. Ciri khas yang serupa dengan Pura Batu Bolong yang berada di Bali dan di Lombok adalah sama-sama berada di atas batu karang tinggi dan langsung menghadap ke laut lepas.
Perjalanan Ka Acha sebelum menghadirkan tulisan bertema
wisata Pura Batu Bolong di Lombok Barat untuk kamu kali ini adalah menjelajah
peta Pulau Bali di internet untuk mencari keberadaan Pura Batu Bolong lainnya
yang berada di sekujur Pulau Dewata. Sepanjang penelusuran saya yang terbatas,
ada dua buah pura yang juga disematkan nama Batu Bolong.
Paling terkenal dengan pemandangan sunset-nya diberikan pada Pura Batu Bolong di kawasan Tabanan.
Lokasinya nggak begitu jauh dengan destinasi wisata Tanah Lot yang mahsyur
sebagai tujuan wisata utama Bali. Di sinilah lokasi yang foto-foto panorama
cantiknya tersebar di jagad maya.
Lalu, ada lagi Pura Batu Bolong yang berdiri di kawasan
Canggu. Pura Batu Bolong ini disebut pula dengan nama Pura Kahyangan Jagat.
Kali ini, lokasinya nggak jauh dari sebuah pantai yang diberi nama Pantai Batu
Bolong, Bali.
Sebenarnya ada beberapa lokasi bernama Batu Bolong lagi yang
sukses saya temukan. Sayangnya saya urung menuliskannya di sini sebab masih
meragu dengan penelusuran jarak jauh yang saya lakukan. Beberapa foto yang
ditampilkan pun seolah kurang mendukung. Namun Ka Acha sungguh senang sekali
kalau ada di antara kamu yang tahu lebih banyak dan bersedia mengisahkannya
pada saya.
Kembali pada Batu
Bolong Temple yang berada di Pulau Seribu Masjid. Letak pura yang disebut
juga sebagai trisula wisata ini cukup dekat dengan Pantai Senggigi.
Berkendaralah sepanjang sekitar 12 km dari Kota Mataram, memasuki wilayah
Geopark Gunung Rinjani. Jika perjalananmu lancar, hanya butuh kurang dari 1 jam
saja kamu sudah tiba di sini.
Mama berjalan ke arah pura. Di sisi kiri ada lubang karang menuju pantai yang biasa dikunjungi masyarakat lokal. |
Di penginapanmu yang berada di Kota Mataram, kamu bisa
melakukan perjalanan darat menelusuri jalur menuju Kota Tua Ampenan, terus saja melaju di
jalan Saleh Sungkar hingga ke arah Pantai Ampenan. Sepanjang jalan kamu bisa
menemukan pemandangan laut lepas dengan airnya yang biru mulai dari sana.
Lajukan kendaraanmu perlahan agar kamu bisa turut menikmati
pemandangannya yang memesona. Terus melintas di Jalan Senggigi yang akan
menghadirkan banyak sekali pilihan resort
atau destinasi wisata lainnya. Pura Batu Bolong berada tepat di tepi jalan raya
besar yang banyak dilalui wisatawan dan umum.
Ada biaya parkir yang terpisah dari harga tiket masuk yang
diberlakukan. Kamu pun akan dipinjami selendang kuning sebagai penanda tamu sebelum
masuk ke dalam gapura yang menyambut kehadiranmu di sana. Harga tiket per orang
pun sekitar 20 ribu di kali terakhir Ka Acha datang ke sana.
Dikatakan bahwa Pura Batu Bolong dibangun pada 1533 oleh seorang resi yang berasal dari Jawa Timur bernama Dang Hyang Dwijendra. Ia melakukan perjalanan panjang dari Pulau Jawa, ke Pulau Bali, lalu menyambangi Pulau Lombok untuk menyebarkan agama Hindu.
Usia pura yang lebih tua hampir dua ratus tahun dibanding
dengan pura yang berada di cagar
budaya Taman Narmada menunjukkan bahwa pura yang menghadap langsung ke
Selat Lombok ini dibangun pada masa kekuasaan Kerajaan Selaparang.
Jika kamu ingat pelajaran sejarah kerajaan di tanah air,
mungkin kamu akan sadar kalau ada dua era besar dari Kerajaan Selaparang yang
menguasai Pulau Lombok ini, yaitu era Hindu dan era Islam. Nah, pura yang buka
sepanjang 24 jam dan 7 hari seminggu alias nggak pernah tutup in tuhi, kira-kira
mulai didirikan di masa Selaparang Hindu.
Keberadaan Kerajaan Selaparang sejak abad ke-13 berakhir
pada abad ke-17. Pada akhirnya Kerajaan Selaparang takluk di bawah bendera Kerajaan
Mataram Karang Asem. Ya … kerajaan Hindu selanjutnya kembali berjaya di tanah
Sasak walau sebelumnya Selaparang Islam pun pernah mencapai masa keemasan.
Makanya, salah satu daya tarik Pulau Lombok yang dikenal pula dengan sebutan Pulau Seribu Masjid ini adalah ada banyak sekali pura yang tersebar di berbagai titik dekat dengan destinasi wisatanya. Berkunjung ke Lombok, menyambangi beberapa masjid tapi melewatkan pura-puranya sepertinya kurang asik.
Kembali ke cerita tentang pura yang punya pantai berpasir hitam di kecamatan Batu Layar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat ini. Penyematan gelar trisula wisata diberikan sebab wisatawan yang bertandang bukan hanya bisa menikmati nuansa pura yang tenang dengan ombak pantai yang menabrak batu karang silih berganti.
Batu andesit yang menjadi tempat bernaungnya Pura Batu
Bolong pun menjadi salah satu daya tariknya. Bebatuan hitam yang sering
ditemukan di kawasan pesisir ini biasanya ditemukan juga pada kawasan dengan
aktivitas vulkanik tinggi. Sering memang bebatuan ini dimanfaatkan untuk
pembangunan candi maupun pura.
Pantai di balik batu karang bolong dari arah pura. |
Pengunjung yang datang ke sana bisa berjalan melintasi batu
bolong di bagian bawah pura untuk mengakses kawasan pantainya. Saat datang ke
sana, banyak sekali masyarakat lokal yang sedang bermain air. Ombaknya yang cenderung
tenang karena terhalang karang pun membuat masyarakat sering datang hanya untuk
berenang.
Namun di sisi lain pura, sebab bebatuan karangnya lebih
sedikit dan berukuran kecil, hampir nggak ada yang berjalan di tepian bibir pantai.
Pergerakan ombak yang terlihat tenang, ditambah hembusan angin yang menderu
kencang, sedikit membuat Ka Acha was-was.
Di sisi tangga naik menuju bagian atas pura tertulis anjuran
agar para wisatawan nggak naik ke atas bagian pura. Bisa saya pahami bahwa
memasuki suatu tempat peribadatan ya sebaiknya sebagai yang nggak terlalu
berkepentingan cukuplah tahu diri. Toh semisal teman-teman non muslim mengunjungi
Masjid
Istiqlal Jakarta saja … ada peraturan nggak tertulis yang perlu
diperhatikan, ya kan?
Tapi memang Mama Ka Acha ini walau sudah bertahun-tahun meninggalkan tanah rantauan pertamanya – Pulau Lombok – rupanya masih fasih saja berbahasa Sasak. Mama selanjutnya berhasil mendapatkan ijin untuk naik ke atas. Catatannya kami hanya punya sedikit waktu dan tujuannya untuk memotret pemandangan saja.
Pemandangan pantai dari atas pura
Ketika langkah saya mendaki satu per satu anak tangga sembari
mengekori Mama dan Mas yang sudah lebih dulu memasuki pura, tangan saya terus
saja mengarahkan lensa kamera ponsel ke arah pantai. Sesekali angin sorenya
menggerak-gerakkan kerudung biru yang saya kenakan.
Saya sedikit tertinggal. Keinginan untuk merengek seperti
biasanya lekas surut ketika mata saya menemukan seorang perempuan usia muda
yang tengah beribadah di sana. Tak lama, saya pun melihat lelaki paruh baya
yang tengah khusyuk sembahyang. Baiklah, maknanya saya perlu mengingatkan Mama
dan Mas untuk menepati janji agar nggak berlama-lama di dalam pura.
Di antara aroma harum sesaji yang tertata di sekitar kawasan pura, saya berdiri memandang ke kejauhan. Biru warna air laut menghampar hingga kejauhan. Matahari yang masih bersinar tinggi membawa terik yang seolah saya kenali sebagai ciri khas dari pulau tempat saya dilahirkan.
Baru tersadar kalau ternyata Pak Prof – papa saya – nggak ikut
masuk ke dalam, saya mengingatkan Mama dan Mas untuk lekas menyudahi sesi
jalan-jalan kami. Saya menduga kalau Papa saya itu tengah duduk di balik kemudi
di kawasan parkir pura. Beliau mencuri waktu sejenak untuk tidur dan membiarkan
Mama juga dua anaknya ini berkeliling tanpanya.
Setelah mengembalikan selendang kuning yang tadinya kami pinjam,
rupanya Pak Prof sudah membawa mobil ke bagian depan pintu masuk pura lagi.
Mama berkelakar kalau beliau punya suami yang paling luar biasa penyayangnya,
sementara saya dan Mas hanya tersenyum mendapati tingkah manis kedua orangtua
kami.
Mobil yang Pak Prof kemudikan, kemudian melaju lambat
melintasi sepanjang Jalan Senggigi kembali. Lajunya perlahan berbelok ke wilayah
Gunungsari. Hilanglah sudah pemandangan pesisir yang tadi tersaji cantik dari jendela
mobil ketika Pak Prof membawa kami ke destinasi wisata Pura Batu Bolong.
Tim yg belum pernah ke Lombok, heheh. Stelah baca ini jadi berasa ikut wisata juga, semoga ada rejeki dan bisa ke sana berwisata
BalasHapusAamiin. Semoga impian Kak Ainhy berwisata ke Lombok tercapai di waktu yang tepat ya.
HapusKelihatannya adem banget ya mba suasanya. Mana estetik bsnget pura.y, ada pantainya lagi.
BalasHapusAku malah merasakan sebaliknya. Kebayang kalau siang-siang di sana, terik sekali. Tapi kalau di kawasan Pantai Batu Bolong yang nggak jauh-jauh dari pintu masuk di karangnya yang bolong sih, insyaAllah adem karena arah mataharinya di sisi kanannya pura. Maafkan aku yang bingung menjelaskan kalau pake sebutan arah mata angin.
HapusWah pas aku ke Lombok belum mampir ke pantai ini, kok kayaknya asik dan menarik yaahh, save dulu aahhh siapa tau next time bisa mampir juga, btwe aku penasaran sama suasana sunset di pantai ini deh.
BalasHapusAku juga. Tapi waktu ke sana (apalagi mengekori orangtua ya khan) jadi cukup tahu kalau mungkin nggak akan bisa. Puranya buka 24 jam kok Kak. Semoga kesampaian ya.
HapusMasya Allah bagus banget ini pemandangannya , pantai menjadi destinasi yang selalu dicari nih, karena suasananya.
BalasHapusWah.. Bagus banget nih tempatnya jadi rekomendasi aku nih kalo kesana.. Keren dan pasti happy jalan2 kesini
BalasHapusSayangnya trakhir ke Bali, aku stay di Canggu sehari, sempet denger sih batu bolong, tapi ga kami datangin Krn memang tujuan utamanya mau lanjut ke daerah atas mba. JD ga sempet samasekali.
BalasHapusAku jarang sih wisata pura pas ke Bali, Krn memang minta utama bukan kesana 😅. Tapi sukaaa baca sejarahnya dari tulisan temen2, kayak yg mba tulis ini.
Walopun blm pernah datangin langsung, at least dapat bayangan dari cerita teman2 👍
Aku malah belum mampir yang di Bali sih Mba. Hihihi ... honestly, Bali belum kujelajahi malahan. Semoga kapan kapan.
Hapusaku suka Lombok dan ke pura batu bolong cuman sekali, meskipun ke Lomboknya berkali-kali
BalasHapustapi memorable banget, dulu waktu aku kesana pengunjungnya kalau ga salah cuman aku aja
masih sepi banget kisaran tahun 2010an
Kalau jaman itu medsos udah menjamur, Pura Batu Bolong bakalan jadi spot hunting foto tujuan kali ya buat yang berkunjung ke Lombok. Hihihi. Seru banget kalau pengunjungnya lagi nggak padat, jadi bisa banyak tanya-tanya juga sama yang berjaga di pintu masuk mengenai puranya.
Hapusmengingatkan saya akan tanah lot dan uluwatu.. pura yang dekat dengan laut yaa.. ternyata di lombok barat juga ada pura hindu. menarik untuk jadi wisata lokal yaa kak
BalasHapusbelum pernah ke Lombok, nih salah satu bucket list aku apalagi kalau ke Lombok pas musim panas, bisa berenang seru di laut yang indah disana
BalasHapusLombok ini salah bucket list kami, pantainya yang terkenal indah membuat kami ingin mengunjunginya. Dan kebetulan ada temanku yang rumahnya di sana.
BalasHapusWah, kerenbanget. Waktu ke lombok gak sempat ke sini
BalasHapusduh jadi rindu pantai deh kalo liat foto pemandangan pantai gini, aku belum pernah nih ke lombok barat, thanks ya kak buat jadi referensi aku nanti
BalasHapuswah kirain tadi ini pura-nya lokasinya di Bali ternyata di Lombok yaa. aku belum pernah sih mengunjungi tempat wisata religi kayak pura begini tapi jujur penasaran banget sama arsitektur gereja yang biasanya megah banget
BalasHapusMau lihat Pura juga bisa di Lombok ya. Suasananya seperti di Bali. Semoga next aku bisa ke Lombok juga. Belum pernah sama sekali nih
BalasHapusDari pas nikah sampe punya anak 3 mau ke lombok tuh belum terlaksana pas baca artikel ini khayalan dl lewat tulisan deh hehehe
BalasHapusNyetir mobilnya gak gantian sama mas, kak Acha?
BalasHapusTerenyuh melihat Pak Prof istirahat sejenak. Karena memang perjalanan ke lokasi Pura Batu Bolong bisa dibilang panjang.
Pura Batu Bolong masih aktif digunakan untuk beribadah warga Lombok ya, kak Acha?
Mataram itu di Lombok Barat juga kan ya Mbak? Saya pernah ke sana, tapi cuma ikut pameran di mall Mataram. Semoga bisa ke sana lagi, tapi yang pure jalan-jalan, biar bisa pergi ke Wisata Pura Batu Bolong ini.
BalasHapusNah ini dia salah satu tempat wisata yang pengen aku kunjungi karena ayah ku pernah kesini dan katanya indah banget pemandangannya
BalasHapusduh indah banget pantainya kak acha, jadi pengen juga kesini. ternyata di lombok ada juga pura seperti di Bali ya, ternyata emang di didirikan oleh Dang Hyang Dwijendra untuk menyebarkan agama Hindu.
BalasHapussenang banget ya Kak Acha, bisa berkunjung ke Lombok Barat. Pantainya indah banget ya.
BalasHapussekalian Mama Kak Acha juga jadi nostalgia ya, karena kepiawaian Mama berbahasa Sasak jadi bisa dapat izin mengintip sejenak keadaan Pura Batu Bolong ya Kak Cha.