Staycation Di Holiday Inn Gajah Mada Jakarta Buat Numpang Beresin Naskah Novela

Bebas drama packing berlama-lama karena lokasi menginap yang jadi pilihan sebagai tempat lepas penat walau sedang dikejar deadline, berada di pusat kota Jakarta. Bahkan, berkunjung ke Holiday Inn Gajah Mada Jakarta ini saja, bisa ditempuh dengan naik commuter line lintas Bogor - Jakarta Kota.

Kala itu, rasanya Ka Acha sedang enggan kemana-mana. Sesuatu yang anomali, karena bagi semua orang terdekat yang mengenal saya, hafal betul kalau tiap kali penat pasti saya merengek minta ditemani berkeliling entah kemana.

Sekadar makan mie ayam bangka, misalnya. Atau mendadak mengajak untuk jalan pagi atau sore ke taman yang nggak jauh dari tempat tinggal.

Kelakuan aneh Ka Acha ini lekas diendus oleh si satu-satunya partner merusuh di rumah. Mendapati adiknya ini lebih banyak diam, memasang ekspresi berpikir keras padahal biasanya sering bertingkah mirip bocil yang sedang otewe tantrum minta dibelikan mainan, ternyata doi jadi nggak tenang.

Ya mohon maklum. Seumur perjalanan menulis Ka Acha, kalau nggak fiksimini, ya cerpen yang cilukba dalam sebuah buku antologi. Paling jauh ya bikin copy, tapi part ini memang buat kerjaan sehari-hari soalnya sudah jadi profesi.

Walhasil, waktu si partner -- the one and only yang paham banget keajaiban adiknya ini -- mendapati tanda-tanda Ka Acha darurat butuh diseret ke lokasi penuh keseruan, mendadak Ka Acha diminta packing berujung nggak sempat mikirin outfit kece apa yang bisa dibawa. Sore jelang malam, pas lagi jam sibuk-sibuknya. Hadeuh ... mau nolak rejeki dibawa staycation kan rugi yaaaa.

Ke Holiday Inn Gajah Mada Jakarta Naik Commuter Line

Dengan segala petuah khas sosok tetua di keluarga, si partner mulai memerintah sedari dini hari. Pesannya banyak sekali. Mulai dari ocehan, "Dek, bawa ini ini ini dan itu," sampai ke level "Besok jangan lupa pastiin semua pintu terkunci," padahal adiknya ini angkat kaki dari rumah juga belum.

Tapi ... of course, Ka Acha menurut. Sedang nggak sanggup iseng ngajakin ribut. Ck.

Lalu, setelah segala rupa notifikasi yang datang bertubi-tubi di pagi hari, saya mengangkut tas punggung menuju stasiun. Berjumpa dengan kursi kosong di commuter line selepas jam sibuk pagi, eiyh serupa ketemu sofa nyaman, gaes. Jadilah diperjalanan, saya habiskan untuk memeriksa beberapa pekerjaan.

Saya mensyukuri pengumuman dari pengeras suara yang mengabarkan kalau kereta akan segera tiba di Stasiun Mangga Besar. Kan gawat kalau sampai saya terlewat.

Langkah saya pun terburu-buru turun. Baru sempat ambil napas dalam ketika sepatu saya sudah menginjak lantai peron. Ojek daring belum sempat dipesan. Duh ... kelakuan Ka Acha deh kadang-kadang.

Beruntung, mengikuti pesan-pesan iklan khas si partner rusuh ini paling mempan bikin segala urusan aman terkendali. Turun di Stasiun Mangga Besar bikin Ka Acha nggak perlu berlama-lama duduk di boncengan si abang ojol. Jaraknya dekat. Jadi motor pun bisa sat set eh sampai dengan selamat.

Belum puas menikmati view khas kawasan pecinan di Jakarta yang banyak dijejeri oleh bangunan tua, si babang ojol menghentikan laju motornya. Lekas saya turun tanpa lupa mengembalikan helm yang tadi menempel di kepala.

Cepat ya. Begitulah suara dari hati Ka Acha seketika menggema.

Takjub. Bisa juga saya menginap di hotel bintang 4 tengah kota Jakarta. Padahal kalau ke sekitaran Jakarta Pusat, karena dekat, suka kepikiran, ya ngapain nginap kalau bisa pulang, coba?

Selama commuter line beroperasi, pulang pergi adalah jarak yang terhitung dekat. Beda cerita sewaktu menginap di hotel dekat PIK Avenue. Ke Jakarta Utara karena harus transit kalau naik kereta, ya saya masukkan ke perjalanan jarak menengah yang wajar saja kalau pakai acara menginap di hotel segala.

Berada di salah satu sisi Jalan Hayam Wuruk -- di mana ada bagian jalan yang nampaknya sedang dalam masa pembangunan saat Ka Acha tiba -- plang Holiday Inn menyambut. Saya mengedip cepat. Nggak sampai 10 menit, saya sudah berada di depan bangunan yang nggak saya duga kalau ini tuh hotel bintang empat.

Benar-benar saya dibuat terkejut saat tiba di lobi. Beberapa pengunjung berwajah oriental tengah wara-wiri. Ada yang menggeret koper mereka, beberapa pula membawa tas punggung seperti Ka Acha.

Lobinya yang mungil pun seketika menyajikan rasa nyaman di hati. Walau nggak menghadirkan kesan mewah, tapi selama menunggu si partner yang lama datang menjemput di sana, saya diperlakukan dengan baik sekali. Nggak ada tuh ceritanya saya duduk lama di salah satu kursi, mendadak dihadiahin tembakan angin AC super dingin biar lekas pindah posisi.

Kamar Nyaman Layanan Menyenangkan Di Holiday Inn & Suites Gajah Mada Jakarta

Dont judge a hotel by its lobby. Saya menggumamkan kalimat ini berkali-kali selepas si partner mengarahkan saya untuk mengikuti langkahnya ke arah lift di sisi kiri lobi.

Awalnya, semua nampak biasa saja. Layaknya penginapan tengah kota yang pas sekali untuk jadi lokasi menginap saat business trip. Holiday Inn Gajah Mada Jakarta memampangnya sedari lobi hingga ke lantai kamar pesanan si partner berada.

"Dek, langsung ditinggal ya. Masih rapat soalnya. Camilan ada di kulkas. Adek kalau capek, istirahat dulu, kerja itu jangan sampe maksain badan juga," si biang ngasih petuah menyerahkan satu kartu kunci ke tangan saya. Doi nggak sadar kalau adiknya ini sedang ternganga dengan mata berbinar di depan pintu.

Mana saya menyangka kalau hotel di tengah kota Jakarta dengan rate harga kamar mulai dari 700 ribu -- dan seringnya nggak sampai 1 juta -- bisa ngasih kamar twin bed seluas ini. Kamar mandi juga sama. Lampunya terang, amenities-nya lengkap pula. Juara!

Ditinggal sendirian di kamar, bukannya saya lanjut menuntaskan segala rupa deadline kerjaan yang saya bawa, ujungnya saya malah leha-leha. Suasana nyaman di kamarnya terlalu menggoda untuk dilewatkan begitu saja.

Dimulai dari area kamar mandinya. Cukup luas. Ada shower room yang pintunya tertutup rapat. Segala sabun, shampoo, hingga body lotion tersedia. Semua tinggal pump dan pas Ka Acha datang, isinya full.

Cerminnya pun lebar. Puas deh kalau dipakai buat dandan. Pas banget buat jadi hotel pilihan saat business trip ke Jakarta nih Holiday Inn Gajah Mada.

Perhatian utama Ka Acha tentu saja tertuju pada meja televisi memanjang yang sisi ujungnya difungsikan juga sebagai meja kerja. Ada lampu baca yang nyaman dengan cahaya memanjakan mata. Demi apa, dua bab terakhir Hilal Halal Ifthar saya tuntaskan di sana.

Jendela besar kamar yang langsung memperlihatkan salah satu bagian dari LTC Glodok itu jadi tempat saya merenungkan, bagaimana jadinya tokoh Tania dan Abbas mengakhiri kisah cinta keduanya. Pemandangan serupa yang saya nikmati saat makan malam juga sarapan di restonya.

Duta Cafe & Restaurant di Holiday Inn & Suites Jakarta Gajah Mada

Sayangnya, saya punya banyak kekhawatiran sepanjang menyantap menu sarapan dan makan malam di restonya ini. Tentu saja, sebab ada menu pork yang memang disediakan di tempat makannya. Maknanya, menu-menu di sini nggak terjamin kehalalannya.

Ka Acha sebagai muslim pun sadar diri, jika ada alternatif lain, tempat makan begini sebaiknya dihindari. Bukan soal saya punya kemungkinan menyentuh pork atau lard dan alkohol, melainkan banyak titik kritis yang bisa jadi berakhir mengontaminasi segala santapan yang bahannya halal tapi karena alat makan dan alat masak yang bercampur, mengubahnya jadi non halal.

Payahnya, saya baru mengulik lebih jauh soal tempat santapnya setelah menyelesaikan sarapan pagi. Kebodohan saya, memang. Makanya, kemudian pada salah satu bab di novela bertema halal food saya ini, saya selipkan kisah tentang resto hotel yang nggak selalu halal dijadikan lokasi santap makanan bagi muslim.

But than, kalau ditanya suasana Duta Cafe & Restaurant dari Holiday Inn Gajah Mada Jakarta ini bagaimana, jawaban saya tentu nyaman sekali. Stafnya gercep dan ramah sepanjang melayani setiap pengunjung yang datang ke sini.

Lagi dan lagi, paket lengkap buat business trip di tengah kota Jakarta, bukan? Apalagi pilihan menu yang disajikan pun sangatlah beragam.

Area Kolam Renang Holiday Inn Jakarta si Paling Andalan

Apalah artinya staycation tanpa berenang. Kalau ini sih, prinsip dari si partner merusuhnya Ka Acha.

Jelang senja di hari pertama tiba, berenang langsung masuk dalam daftar sesi 'ngajakin adek main' di ocehan panjang si partner. Tentu sebab doi kenal betul kelakuan adiknya ini.

Namun, berhubung pikiran Ka Acha hanya terfokuskan pada staycation untuk menyelesaikan naskah novela termasuk pekerjaan lainnya, baju renang pun nggak jadi saya bawa. Akibatnya, saya kena hukuman buat motretin doi berenang dalam berbagai gaya. Ahahaha ... biasa, jadi adik tuh harus banyak ngalah sama kakak ya nggak sih.

Paling juara buat Ka Acha tuh area kolam renangnya memang. Infinity pool dengan view gedung tinggi di kejauhan. Air kolam yang nampak biru jernih pun kolam yang nggak terlalu dalam untuk ukuran orang dewasa berbadan Indonesia. Ditambah ada kolam anak juga walau nggak terlalu besar.

Handuk kering pun selalu tersedia. Ditambah kamar bilas yang bersih jadi bikin sesi berenang di hotel makin menyenangkan.

Senja itu, sembari menunggu si partner yang berenang bolak-balik dan sesekali melambaikan tangan minta dipotret, saya habiskan dengan banyak merenung sembari memandang ke horizon di kejauhan. Hhh … seharusnya, saya lebih bisa lagi mengatur segala rupa di keseharian sejak dalam pikiran. Relaks. Nggak perlu terlalu membebani diri kalau hasilnya malah lupa bersenang-senang.

Pekerjaan dan tuntutan hidup akan selalu datang. Maka ijinkan tubuh dan jiwa menjeda sebentar sehingga senyum selalu punya kesempatan untuk melengkung di wajah yang tenang.

Si partner tengah mengajarkan pada adiknya ini untuk belajar work life balance, ternyata. Apalagi kan, saya ikut menginap di Holiday Inn Gajah Mada Jakarta karena memang doi sedang ada rapat kerja.

Last. Jika memang sedang ingin liburan di tengah kota Jakarta, terutama di sekitar kawasan pecinan Glodok, staycation di Holiday Inn Gajah Mada Jakarta bisa jadi pilihan.