Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Novel ReproRetro Karya Hinata Umi Bahas Pembajakan Buku

Selama ini, tiap kali membayangkan bagaimana artikel dalam blog yang sepenuh hati dikelola, di-copy paste kemudian ditayangkan di blog lain seolah itu hak milik si peng-copas, sebagai blogger ya kesalnya sampai ke ubun-ubun. Nah, bagaimana kalau buku yang ditulis susah payah, malah dengan entengnya dibajak kemudian dijual murah? 

Novel ReproRetro karya Hinata Umi mengajak Ka Acha sering sensi sama si Alisa, tokoh utama dalam novel bertema pembajakan buku ini. Bayangkan! Usaha panjang dalam berkarya, berakhir jadi hasil reproduksi yang mengurangi pendapatan si penulisnya.

Hey, berkarya itu pamrih lho. Nggak diperjuangkan hanya demi ucapan terima kasih.

Ckckck … wagelaseh. Betapa dunia segitu kejamnya sama para penulis, ditambah pembajak buku yang hilang muncul serasa sulit ditumpas habis.

reproretro hinata umi

Profil Novel ReproRetro

Judul                     : ReproRetro

Penulis                  : Hinata Umi

Penerbit                : Rakata

Cetakan                 : Juli 2022 (premium di 2024)

Tebal                     : 27 Bab

Blurb Novel ReproRetro Karya Hinata Umi

Setelah usaha pembajakan bukunya dihancurkan oleh Argi, si penulis bestseller, Alisa terancam putus kuliah dan tidak bisa membayar kosan. Padahal keuntungannya tidak seberapa, pas-pasan. Padahal lagi untuk bisa berkuliah, dia sampai harus pergi dari rumah dan mencuri uang orangtuanya. Karena itu, Alisa bertekad membangun kembali bisnisnya sambil menyelidiki langkah Argi dan mencari celah untuk menghancurkan pria itu dengan masuk ke komunitas tempar Argi bernaung.

Pengalaman Baca Tentang Pemajak Buku Di Novel ReproRetro

Ngomong-ngomong nih ya, kesan pertama Ka Acha waktu menemukan buku digital ini di Rakata … judul novelnya ear catchy. Coba deh kamu lafalkan judulnya. Repro Retro. Asik kan?

Sudut pandang pencerita yang berasal dari suaranya Alisa, si tokoh utama yang berjuang menyambung hidup demi bisa kuliah dan bayar kosannya di Depok lewat membuka toko buku online hasil reproduksi, buat saya gedeg sekali. Saya paham bagaimana sakit hatinya Argi, si penulis beken yang bukunya banyak dibajak oleh toko ReproRetro milik Alisa.

Bukan hanya dijual di satu toko daring saja lho. Alisa ini sampai punya dua lapak toko buku bajakan lain yang menjadi anakan dari ReproRetro. Nah lho, di-banned satu, masih ada lagi tuh bestie.

reproretro hinata umi

Wajar bila berbagai toko yang menjual buku-buku haram begini bak jamur di musim hujan. Pembelinya ada terus. Rasa penasaran atas suatu bacaan yang tengah jadi buah bibir, nggak seimbang dengan isi kantong … atau jangan-jangan sifat pelit yang maunya dapat pengetahuan gratis melulu.

Ehm … permisi. Ada lho cara baca buku legal secara gratis yang bisa banget dimanfaatkan. Banyak jalan menuntaskan rasa penasaran sama bacaan.

Namun bisa jadi nih ya, sensasi atas kepemilikan yang nggak bisa tergantikan. Ya jelas, meminjam nggak serupa dengan membeli sendiri. Kalau bukunya punya pribadi, mau dicoret, dilipat, bahkan diwarnai, sah-sah saja, tanpa konsekuensi harus ganti rugi.

Di sisi lain, jika beli buku sendiri – nggak peduli buku tadi merupakan hasil reproduksi – bacanya jadi tenang tanpa batas waktu. Iya kan?  

reproduksi buku adalah membajak buku

Sepanjang membaca novel ReproRetro, pembaca yang gampang baperan dan sesekali bucin macam Ka Acha ini rupanya nggak sepenuhnya dibuat sering misuh-misuh sama Alisa. Ada beberapa hal yang kadang menarik saya untuk berempati sama dia. Ya … gimana dong ya, kadang apa yang Alisa pikirkan soal memasarkan buku itu, ada benarnya juga.

Betapa memperjuangkan sebuah karya – dalam hal ini buku ya – nggak hanya mengandalkan penerbitnya saja. Penulisnya juga butuh terjun langsung. Butuh kerjasama banyak pihak sampai si buku tadi meledak di pasaran.

Sebagai yang pernah menghadirkan karya secara digital juga, mari sebut saja Hilal Halal Ifthar, Ka Acha paham banget perjuangannya biar karya yang sudah dibuat, berhasil dikenal … atau sekadar sampailah ke tangan pembaca dalam bentuk buku halal alias ori.

Panjang, cyin. Sekarang saja Ka Acha masih berjuang walau e-book-nya sudah muncul sejak setahun yang lalu.

Bagaimana perasaan saya ketika mendapati suara dari pemikirannya Alisa di ReproRetro? Hmm … luar biasa.

reproretro karya hinata umi

Inilah yang si tokoh utamanya, Alisa, manfaatkan. Tapi, apakah menjadi pereproduksi buku lalu dihantui oleh dosa dan pedihnya siksa neraka berhasil bikin jera? Of course, no!

Kadang saya merasa, jarang ada orang yang benar-benar memikirkan soal dosa atau nggak saat bertindak menuruti kehendak. Apalagi kalau asas yang digunakan adalah keterpaksaan alias kepepet.

Sebagai yang masih sama-sama bernyawa dan hidup di dunia nih, nggak punya uang dan nggak bisa memenuhi kebutuhan dasar, menyiksa bukan? Pilihannya, mati kelaparan atau tetap bisa makan walau sekadarnya doang. Bisa sekalian rajin beli photocard aktor kesayangan, beuh … susah ditolak memang.

Baiklah, cukup dulu untuk curhatin seberapa menyebalkannya tokoh Alisa yang merupakan si pembajak buku di novel ReproRetro karya Hinata Umi ini. Yuk berpindah ke Argi, si lawan tanding dari Alisa yang gencar sekali menyuarakan untuk tumpas habis para pembajak buku.

Bagi saya yang juga terjun di dunia kepenulisan pun sekarang menjadikannya sebagai laahan untuk mendapatkan penghasilan, empati saya besar sekali kepada tokoh Argi. Kamu yang juga seorang blogger, akan lekas tertarik ke dalam pusaran perasaan geram Argi terhadap berbagai toko daring yang membajak karya miliknya.

In other hand, ternyata si pembajak buku – atau bisa jadi hal ini pun sebenarnya menjadi bagian dari diri para pereproduksi buku dan penjual buku-buku haram yang masih betah berkeliaran mencari celah cuan dari mencuri hak orang lain – bisa menjadikan buku jualannya laku, sebab mereka juga suka membaca. Persis Alisa. Dia bisa menganalisa pasar dan membuat strategi marketing sebab sedekat itu dengan buku.

cari uang lewat buku

Lalu pada akhirnya, rupanya minat baca di tanah air kita ini nggak bisa sepenuhnya diceletuki rendah, kan? Bisa jadi fenomena kebanyakan orang enggan membaca, bermula dari kurangnya kedekatan dengan buku. Ya gimana ya, harga buku masih dianggap tinggi. Aksesnya sulit di beberapa wilayah.

Sementara, mendapati bagaimana penulis itu menyambung hidup setiap hari bermodal karya … hhh … kalau boleh, saya hanya sanggup menghela napas saja. Argi benarlah sebuah contoh konkrit dari kehidupan penulis. Poin unggulnya, Argi ini beken. Lha yang belum ternama, bagaimana nasibnya coba?

Makanya, ketika Argi bergerak untuk melawan Alisa, nggak peduli sebenarnya Argi menyimpan romansa pada gadis ini, saya kasih standing applause. Bagaimana pun juga, Alisa butuh efek jera.

pembajak buku dalam novel hinata umi

Novel ReproRetro karya Hinata Umi juga banyak mengupas soal dunia kepenulisan. Tokoh Argi membisikkan berbagai cara untuk lekas menuntaskan sebuah karya. Bahkan sampai cara mematangkannya, termasuk bernegosiasi dengan penerbit.

Novel tentang pembajakan buku ini – buat Ka Acha sih – kaya. Membaca ke-27 babnya hingga tamat, nggak butuh waktu lama.

Bila kamu tertarik untuk ikut membaca novel ReproRetro, kamu bisa mencarinya di platform Rakata. Harganya pun murah meriah, tapi isinya … mahal. So, selamat membaca ya.



Komentar

  1. "rupanya minat baca di tanah air kita ini nggak bisa sepenuhnya diceletuki rendah". Saya setuju dengan pernyataan ini. Membaca tidak selalu harus berupa buku fisik. Apalagi beli buku itu masih harus memikirkan berat dan ongkirnya.
    Betewe, saya juga penasaran dengan novel ini ReproRetro ini. Mari hunting...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat membaca ReproRetro di aplikasi Rakata juga ya, Mba. Selamat kenalan sama isi kepalanya Alisa.

      Hapus
  2. Wajarlah.. Argi marah dan menghancurkan usaha Alisa. Enak saja si Alisa. Penulisnys susah payah menulis novel, dia yang enak tinggal menikmait hasilnya. Dan memang soal pembajakan ini masih susah dberantas Mbak. Termasuk dulu pembajakan kaset, CD, dan VCD. Karena selalua da celah bagi mereka. Jadi intinya dari hati nurani saja. Semua perlu uang, tapi tidak harus menghalalkan segela cara untuk mendapatkan uang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya lho. Bahkan mungkin di masa remajaku juga pernah jadi bagian yang beli DVD bajakan demi bisa nonton drama korea yang sedang banyak dibicarakan teman-teman di masa itu. Tapi sejak ada platform nonton, ya buat apa juga, dan sudah waktunya taubat. Bisa jadi juga karena memang peluangnya terbuka lebar ya, Mas.

      Hapus
  3. wah ternyata ada juga novel yang mengangkat tema pembajakan buku. iya nih, paling kesel kalau tulisan yang sudah sepenuh hati dibuat, eh di copas seenaknya. pengen tak hiiiih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadinya kesel ya mbak hehee.. pembajakan buku dituangkan dalam sebuah novel. Ibaratnya kayak mimpi dalam mimpi

      Hapus
  4. aku sempat baca sinopsisnya dan menarik, mengangkat tema yang selalu hangat untuk diperdebatkan, konfliknya juga kayak seperti beneran terjadi, bener juga loh sekarang tuh banyak cara untuk baca buku gratis dan original

    BalasHapus
  5. Ngomongin soal pembajak karya, baik itu buku, tulisan di blog atau apapun, memang bikin geram. Bukannya apa ya. Pemilik karya jelas memberikan segala effortnya agar karyanya bisa tercipta. Sementara pembajak hanya perlu mereproduksi saja. Terus dijadikan ladang cuan. Meski katanya hasilnya nggak seberapa. Tentu itu tetap berharga.

    BalasHapus
  6. Sedih kalau bicara pembajakan buku. Bertebaran di mana-mana para pembajaknya tanpa bisa diketahui siapa orangnya. Terlalu banyak soalnya. Jadi pengen baca novelnya. Rakata ini kalau gak salah dulu saya pernah download.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau mau via web juga bisa lho Mba kalau baca e-book di Rakata ini, sekarang tuh. Jadi nggak harus selalu unduh aplikasinya. Cuma kalau mau beli bukunya ya enak masuk lewat aplikasinya sih.

      Hapus
  7. Sedih dan sesek ya kalau bahas terkait pembajakan buku, ataupun karya tulis. Pembuat mencurahkan segala tenaga, pikiran serta hasil riset buat menciptakan sebuah karya ekh malah dibajak. Duhhh aku beneran geram dan merasa terpanggil buat baca kisahnya di Rakata. Jujur aja aku tuh belum download aplikasi Rakata, sudut pandang lain dengan menjamurnya pembajak masih ada segmen atau yang beli, jadi tingkat kesadaran baca di kita tuh masih ada ya. Hanya caranya keliru, malah beli bajakan.

    BalasHapus
  8. Bukan cuma kaset CD, ternyata buku juga bisa dibajak ya, malah lebiih sadis nih.. Tapi, salit sih sama Argi yang mengesampingkan perasaannya demi nyadarin Alisa.

    BalasHapus
  9. Baru tau nih rakata, udah lama gak baca novel soalnya. Gara gara ulasan ini jadi pengen baca novek lagi

    BalasHapus
  10. Pembajakan buku memang bikin kesal penulis ya. Udah capek-capek nulis eh, ada yang bikin bajakannya. Memang banyak sih masyarakat yang suka baca tapi masih kurang menghargai penulisnya, jadi buku bajakan sangat laku.

    BalasHapus
  11. Awalnya kirain Alisa yg disakiti Argi. Ternyata justru Argi yang lebih dulu sakit hati oleh Alisa ya
    Dunia baca Indonesia memang jungkir balik
    Walaupun banyak yang malas baca tapi masih banyak yang juga gila baca
    Buku digital saat ini menambah kekayaan produktivitas penulis. Meski ada aja ternyata yang membajak

    BalasHapus
  12. Ada 2 kemungkinan ka Acha. Antara dia emang ngga tahu aturan reproduksi buku atau dia ya sengaja aja gitu ngga takut dosa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Demi apa ketika aku pelan-pelan menyadari alasan Alisa berbuat begitu sepanjang baca ReproRetro nih Mba, aku makin pengen ngulek si Alisa deh kalau bisa. Tapi ada sisi nggak tega juga sama dia. Pembaca kayak aku auto dibuat jadi serba salah pokoknya sama kelakuannya Alisa.

      Hapus
  13. Dari dulu saya anti download ebook gratisan ataupun beli buku bajakan, lebih baik nabung dulu biar bisa beli buku yang original. Soalnya kasihan penulisnya, ngerasai menulis itu gak mudah

    BalasHapus
  14. Nulis buku tuh susaaah, begitu selesai dan siap tampil malah dibajak, ya sebel! Buat memberantas pembajakan memang butuh usaha dari banyak pihak, salah satunya kesadaran pembeli kalau itu bisa merugikan orang lain. Bukankah pasar itu diciptakan, artinya kalau ga ada pembeli ya ga prospek. Oh ya makin sakit hati karena hasil jualan buku bajakan punya nilai yang cukup fantastis! Berbanding terbalik sama kebanyakan penghasilan penulis.

    BalasHapus
  15. mengangkat tema yang jarang dibahas dalam literatur Indonesia: pembajakan buku. ReproRetro bukan hanya novel yang menghibur, tetapi juga novel yang memberikan kritik pedas terhadap budaya pembajakan buku di Indonesia. Hinata Umi dengan cerdik menggambarkan bagaimana pembajakan buku dapat merugikan para penulis dan industri penerbitan. Dia juga menunjukkan bagaimana pembajakan buku dapat memiliki dampak negatif pada kualitas bacaan masyarakat.

    BalasHapus
  16. Menarik novelnya ya
    Mengambil kisah yang dekat dengan dunia buku namun tak banyak yang mengambil tema tersebut
    padahal tema pembajakan itu harus terus digaungkan sehingga makin banyak pihak yang sadar sisi negatif dari pembajakan

    BalasHapus
  17. seruuu banget kayaknya mba..wah jadi minat baca deh. Seru nih adu 'argumen' antara Argi dan Alisa. Btw, saya pernah beli buku bajakan dan jadinya memang nyesel sih. Tapi dulu gak tau kalo itu bajakan, pinter banget ya yg bisa bajak dan mirip kayak aslinya

    BalasHapus
  18. Wah, ternyata novel reproretro ini cukup menarik ya. Memang pembajakan selalu menjadi polemik yang seolah tak kunjung padam.

    BalasHapus
  19. Menarik banget ini novelnya Kak. Selama ini belum banyak novel yang mengangkat kisah tentang pembajakan buku.

    BalasHapus
  20. Paling sedih kalau baca tentang pembajakan buku, sudahlah minat baca kita ini kurang, buku-buku banyak yang dibajak pula. Kasian penulisnya..

    BalasHapus
  21. Menarik kak, novel yang mengangkat realita tentang pembajakan. Emang ngeselin ya, susah2 buat karya dengan entengnya dibajak..

    BalasHapus
  22. Menarik kak, novel yang mengangkat realita tentang pembajakan. Emang ngeselin ya, susah2 buat karya dengan entengnya dibajak..

    BalasHapus
  23. Suka sama kalimat terakhir nih. Isinya mahal. Keren. Cuplikan kata katanya juga ngena banget dan jadi sedih ya kalau beneran jadi pembajak buku. Kasihan penulis aslinya

    BalasHapus
  24. Novel keren sih ini menurutku karena mengangkat tema yang jadi masalah besar dalam dunia perbukuan di Indonesia, namun belum ada solusinya hingga hari ini :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya, Kak Mon. Sampai hari ini, urusan mengatasi pembajak buku seperti belum ada tindak tegas yang bikin jeranya deh. Lagian pasarnya juga ada sih. Ckckck .....

      Hapus
  25. Novel yang menarik, apalagi temanya membahas hal yang berkaitan dengan tulis menulis, yaitu soal pembajakan.
    Terima kasih rekomendasinya. Buku Repro Retro ini masuk dalam list bacaanku yang berikutnya.

    BalasHapus
  26. Bagus nih ceritanya, emang ya kadang suka gimana sama orang yg ga bisa menghargai karya seni, belinya yg bajakan, nyari yg murahan tp palsu

    BalasHapus
  27. Aku termasuk suka sama cerita Reproretro. Soalnya, mulai dari penyajian aktivitas si Alisa jualan yang detil sampai kelas menulis yang diikutin. Ini bener² show don't tell banget. Jadi, makin berasa buatku sebagai pembaca dan puas jadinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangeeettt Kak Ipeh. Sebegitu nikmatnya aku mengikuti perjalanan Alisa di ReproRetro ini tuh karena memang penulisnya, Kak Umi, showing sekali. Jadi berasa ikut masuk dan menyaksikan langsung tingkahnya Alisa.

      Hapus
  28. Membaca ulasan ini benar-benar membuat hati deg. Sungguh kisah yang tidak jauh dari kehidupan nyata. Dikemas apik, kekinian juga.

    Semiga karya ini menjadikan semua orang tumbuh kesadaran untuk membeli yang legal

    BalasHapus
  29. Menarik cerita novelnya
    Mencoba membahas hal yang memang sedang dihadapi oleh penulis
    Pembajakan buku, miris ya

    BalasHapus
  30. Alisa ini bikin geregetan banget dengan caranya nyari cuan lewat reproduksi buku ilegal, tapi di sisi lain, aku jadi ngerti juga gimana susahnya hidup sampai bikin keputusan kayak gitu. Rasanya sih, walaupun Alisa salah, tetap ada sedikit empati buat dia. Argi, sebagai penulis yang karyanya dibajak, jelas banget dapet dukungan penuh karena usahanya buat lawan para pembajak. Novel ini sukses banget ngebawa kita ke dua sisi yang bertolak belakang, bikin kita mikir lebih dalam soal dunia perbukuan dan tantangannya.

    BalasHapus
  31. Alasan permisif sih selalu ada ya, apalagi klo dikaitkan dengan 'keterpaksaan'. Klo menyadari bahwa jualan buku bajakan adalah hal yang tidak benar, tentunya bakalan ada solusi lain. Misal jual buku bekas ori, atau kerja sama dengan penulisnya utk memasarkan, atau apalah gitu. Hehee... saya jadi ikut gemes pada Alisa nih.

    BalasHapus
  32. Judulnya terdengar menarik di telinga. Soal bajak membajak emang udah ada sejak lama dan hingga sekarang masih blm ada solusi efektif untuk mengatasi hal tersebut.

    BalasHapus
  33. pembajakan buku diangkat ke sebuah novel, bagus juga. sy pernah terjebak membeli buku eh ternyata buku bajakan, buku fotokopian. beli di marketplace.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi kesal nggak sih ketika bukunya datang? Kalau aku, patah hati jadinya.

      Hapus
  34. Dulu aku pernah kerja di penerbit dan nyesek banget setiap tau ada toko yang jual buku bajakan.. bahkan ada beberapa pembelinya yang nggak mengerti buku yang mereka baca adalah buku bajakan... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa memang sosialisasi soal beda buku asli dan buku bajakan gini tuh, harus lebih disebarluaskan lagi ya, Mba? Nggak sanggup aku membayangkan kalau menemukan karyaku -- misalnya lho ini -- dibajak. Sedih. Nyesek. Marah. Persis Argi.

      Hapus
  35. patah hati melihat jerih payah pembuat karya dibajak. Tapi, di balik maraknya pembajakan, masih ada yang menghargai karya dengan membeli di Rakata. Kesadaran baca ada, namun sayangnya caranya salah.

    BalasHapus
  36. Aku pengeeen baca. Langsung install rakata tadi mba. Btw, sebel banget memang yg namanya plagiat ini. Walo aku bukan penulis buku, tapi aku emoh beli buku bajakan. Dari kertas dan wanginya aja beda ama buku ori.

    Padahal kenapa aku masih suka beli buku fisik, ya krn sensasi aroma nya yang beda. Baru masuk toko buku aja udh kecium bau familier untuk para pecinta buku.

    Buku bajakan ga bisa ksh sensasi itu. Kertas jelek, tulisan ga nyaman dibaca. Mudah robek lemnya. Jd sori deh, mau murah tapi aku tetap ga akan mau belinya.

    Btw, memang yaa para penjual dan pembuat buku bajakan ini, apa ga kuatir kalo keluarga diksh makan dengan uang haram. Aku msh percaya itu akan ngaruh kepada keberkahan hidup.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener deh Mba. Sudah begtu kan, kalau misal mau dijadikan koleksi, buku bajakan tuh nggak worth. Misal mau dijual lagi, yang beli juga mikir kalau misalnya dia memang pembaca buku yang baik, ya kan? Misal mau dikoleksi saja, ya kan karena kualitas nggak oke, ujungnya gampang rusak pula. Misal one day kertasnya menguning, tulisan makin nggak asik dibaca karena buramnya arurat sekali.

      Happy banget kalau Mba Fanny jadi ikutan install Rakata dan baca bukunya juga. Happy reading ya Mba.

      Hapus

Posting Komentar