Novel Once in a Moon dan Sepasang Gajah Sumatra Di Sampulnya

Buku Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini

Sejatinya membaca sebuah buku antologi, bermakna mengijinkan diri saya sebagai pembaca mendengarkan setiap penuturan dari tiap penulis yang suaranya berbeda-beda. Kali ini, saya dibawa berwisata jauh menyambangi beberapa belahan dunia melalui buku "Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini".

Benar saja. Kesemua penulisnya secara bergiliran seolah mengijinkan saya mengetuk pintu suatu ruang kosong yang berisi sebuah meja bundar dan sepasang kursi. Kami laksana berbincang sore hari, tepat di sisi jendela besar yang langsung menghadap taman di luar. Udara cerah sedikit berangin. Kami duduk sembari menyeruput secangkir teh, kadang lemon tea hangat, kadang teh melati.

Begitulah. Momen yang selalu nampak indah dalam imajinasi saya. Momen terbaik yang selalu saya impikan untuk mendengarkan sederet kisah perjalanan dari orang-orang yang saya temui. Mendapati kejutan pengetahuan akan setiap destinasi yang pernah mereka singgahi. Berikut tipsnya sekalian ya, khan?

buku antologi tema perjalanan

Profil Antologi Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini

Judul                     : Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini

Penulis              : Annie Nugraha, Tri Suci AS, Novarty, Rifqy Faiza Rahman, Heni Hikmaya Fauzia, 

                             Indah Wibowo, Lina Martina, Raihana Mahmud, Wiwi Yuningsih, E3TRIP, Ika Patte, 

                             Moony Tan, O’ik Moehadi, Maya Surono

Penerbit              : Stiletto Books

Cetakan               : Pertama, September 2024

Tebal                     : vi + 295 halaman

ISBN                      : 978-623-409-453-4

e-ISBN                  : 978-623-409-454-1

Blurb Buku Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini

Tema dan tulisan tentang perjalanan tidak (pernah) ada matinya. Selama orang-orang masih menikmati asyik dan serunya ngelencer cerita tentang ngukur jalan selalu ada di setiap babak kehidupan kita. Ke mana pun kita melangkah, di bumi Nusantara ataupun di negara orang lain, pasti terselip kesan yang selalu damai bernaung di hati.

Ini jugalah yang menjadi bara api semangat dari semua kontributor yang terlibat dalam lahirnya sebuah antologi yang berjudul “Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini”. Buku bancakan ke-5 dari dapur Pondok Antologi Penulis Indonesia yang mengurai kisah tentang beribu langkah kaki yang telah dibuat dalam menjelajah dunia.

Terima kasih untuk pembaca yang sudah dengan bahagia mengadopsi buku ini. Selamat ikut berselancar di dunia petualangan bersama kami.

Menikmati Kisah Tiap Langkah pada Sebuah Buku Antologi Tema Perjalanan

Selepas menamatkan sebuah buku fiksi sekitar dua minggu lalu, rasanya kepala Ka Acha sudah minta diajak keluar dari imajinasi atas tokoh rekaan beserta alur hidupnya. Saya butuh sesuatu yang ringan namun berkesan. Pas sekali, saya punya bahan bacaan nonfiksi.

Kamu yang sudah berkali-kali melipir mampir ke Taman Rahasia Cha, mungkin sudah kenal kalau saya termasuk si penyuka buku bertema perjalanan. Ada beberapa buku yang saya baca, kemudian jadi koleksi berharga. Saya doyan menikmati buku tema traveling, selain karena saya juga suka jalan, melainkan ada sensasi tersendiri saat saya diceritakan kisah jalan-jalan dari orang lain.

Mantap saya melanjutkan momen baca santai – serupa akun khusus buku bacaan Ka Acha di Instagram yaitu @bacha.santai – pada sebuah buku yang terbitnya belum lama. Judulnya saja sudah menggoda, seolah saya diajak duduk berdua untuk mengobrol panjang soal perjalanan dari setiap penulis di dalamnya, beberapa waktu sekembalinya si penulis dari berwisata.

Pergilah yang jauh, nanti ceritakan di sini. Berkali-kali saya menggumamkan judul bukunya ini. Ya … waktu saya dan setiap penulisnya untuk saling duduk berbincang berdua saja, telah ditentukan. Ruang yang saya masuki dalam imaji, bernama ruang bercerita.

Orang yang pertama kali saya temui lewat halaman pertama dari salah satu buku antologi hasil olah dari dapur Pondok Antologi Penulis Indonesia (PAPI) ini adalah Mba Annie Nugraha. Kisahnya mengalir lewat tiap kata. Membawa Ka Acha terbang ke pantai yang langitnya biru muda, sebuah pekuburan di masa megalitikum, hingga mendarat nyaman di pintu masuk Hira Cultural District.

Cerita Mba Annie yang berkesempatan untuk melihat bentukan replika dari naskah Al-Quran yang dinisbatkan penulisannya pada Ustman bin Affan, lekas menghubungkan ingatan saya pada buku Discovering Uzbekistan karya Rahma Ahmad. Di buku kisah perjalanan itu, saya hanya tahu kalau pada salinan yang disimpan di Uzbek sana, kitab suci ummat muslim ini ada bekas bercak darahnya.

Mana pernah saya terbayang kalau bentukan bukunya akan cukup besar. Tulisan di dalamnya pun kelihatan tebal dan besar-besar juga. Tambahan lain, huruf yang digunakan, tanpa tanda baca macam kasrah fathah dhammah, seperti yang selama ini saya pelajari.

Ka Acha gembira luar biasa. Apa yang pernah saya pertanyakan dalam benak, rupanya dijawab dalam sebuah buku perjalanan lainnya. Nggak apa-apa kalau saya harus menemukan jawaban tadi di waktu yang cukup panjang. Alhamdulillah, saya dapat banyak pengetahuan.

Pesan dari Mba Annie yang dimunculkan juga menguatkan saya. Seolah beliau menggenggam hangat tangan saya, lalu mengusapnya pelan. 

Nggak apa-apa seorang Acha yang sekarang belum sukses melancong menghampiri semua tempat yang diimpikannya sedari lama. Satu per satu saja. Jangan berhenti mendoakan diri. Yakinlah, waktunya akan tiba juga. Siapakan jiwa raga sebaik-baiknya.

Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini Ditemani Secangkir Teh pada Sore Hari

Senangnya saya menjumpai buku perjalanan yang ditulis bersama-sama begini, destinasinya bisa mengajak Ka Acha menclak-menclok ke sana dan ke sini. Ada lagi tulisan soal jalan-jalan ke luar negeri yang menggenapi imajinasi saya atas sebuah buku.

Kali ini, bukan buku bertema senada, tapi sebuah novel yang membawa sebuket kisah romansa. Salah satu novel yang Kak Acha sukai ini, mengambil latar tempatnya di Ceko. Judulnya Kekasih Semusim karya Dini Fitria.

Melalui penuturan dari Mba Heni Hikmayani Fauzia, saya diajak menghampiri dua kota kecil di sana. Mencari tahu sedikit banyak kebiasaan masyarakatnya, pada suatu ketika saat Mba Heni sedang berkunjung ke Ceko untuk sebuah misi budaya bersama siswa-siswanya.

Bayangkan saja. Bila benar apa yang saya andaikan kalau saya tengah berbincang berdua sembari menyeruput teh hangat masing-masing dalam sebuah ruang cerita, maka gerakan saya memegang cangkir akan tertahan. Tak lagi peduli pada embusan angin sore dari arah taman yang menyentuh lembut kerudung yang saya kenakan, fokus saya akan seutuhnya milik Mba Heni seorang.

Berkali-kali beliau menyebut dirinya dalam cerita. Di saat yang sama pula, seolah Ka Acha ini sedang menemaninya, berjalan bersisian dengannya, pada lokasi yang sama. Aih … baca buku nonfiksi tema perjalanan sukses buat saya sering begini, memang.

Sudah melipir ke luar negeri, menemui berbagai rupa arsitektur beserta segala rupanya, Mas Rifqy Faiza Rahman malah mengajak Kak Acha mampir ke Lembah Kidang. Rasanya, angin yang berembus dari taman imaji dari balik jendela besar, membawa serta aroma khas pegunungan di kala embun pagi masih mencipta kabut tipis di sekitaran.

Jangan tanya seberapa banyak pengetahuan baru soal kisah masa lampau di kawasan Lembah Kidang yang saya dapat dari ceritanya. Para pejalan yang hobi mendaki memang beda.

Penuturannya terdengar bersahaja, namun mendetail sekali. Saya membaca kisah dari Mas Rifqy ini, jelang jam tidur malam. Jadilah, penampakan indah Lembah Kidang ikut terbawa dalam mimpi.

Pada akhirnya saya belajar, sejauh apapun saya memimpikan sesuatu – dalam kasus ini tentu saja urusan pelesiran – nggak selalu butuh dikejar habis-habisan tanpa memikirkan diri, keadaan, juga memaksakan kesempatan. Bukankah perjalanan ke suatu tempat itu berurusan dengan rasa? Nah kan, saya jadi kapok lagi nih sama momen kebut dua hari wisata keliling Jogja yang belum lama saya lakukan bersama beberapa teman.

Pesan Manis untuk Para Pejalan di Buku Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini

Ah ya, sebentar, Ka Acha jadi teringat kalau tulisan ini akan tayang pada tanggal 3 Oktober. Entah mengapa, ketika baru menamatkan membaca "Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini", saya tergerak untuk menayangkannya pada tanggal tersebut.

Bukan karena pas dengan hari yang sudah saya jadwalkan untuk kemunculan review bacaan di Taman Rahasia Cha, namun lebih dari itu. Tanggal 3 Oktober rupanya menjadi hari istimewa di Jerman sana.

Hari Pintu Masjid Terbuka, di mana setiap warga Jerman bisa memasuki kawasan masjid-masjid di penjuru negeri, tanpa peduli agama maupun bangsanya apa. Perayaan yang dicanangkan oleh Dewan Pusat Masjid Jerman pada 1997.

Terima kasih untuk Mba Indah Wibowo yang menyampaikan informasi mengenai salah satu perayaan yang digelar di negeri Jerman sana ya. Banyak lagi kisah yang beliau bawakan untuk kamu – pembaca yang serupa dengan Ka Acha – dalam buku antologi ini.

Ada beberapa penulis dengan kisah-kisah seru lainnya yang saya temui dari buku yang digarap oleh Pondok Antologi dan kemudian terbit di bawah bendera Stiletto Books ini. Bukunya lengkap, karena ada banyak sekali foto destinasi yang dikisahkan di sini, terpampang dan bewarna pula. Sebuah kejutan istimewa bagi saya yang doyan baca buku bertema perjalanan.

Melalui buku ini pula, ada pesan tersirat yang kemudian saya dapatkan. Tentang sesiapa saja yang senang melancong, jangan terlupa untuk mengisahkannya dalam rupa catatan perjalanan. Bukankah kebiasaan begini juga sudah sering dilakukan oleh para penjelajah dunia?

Mumpung bukunya belum terbit lama, kamu bisa menghubungi Pondok Antologi bila ingin mendapatkannya juga. Bersiaplah untuk dihampiri dan dikisahkan cerita-cerita perjalanan menarik dan sarat pengetahuan oleh buku "Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini".

Komentar

  1. MashaAllah. Indahnya diksi yang sudah Acha rangkai. Bangkit dari rasa membaca setiap lembar buku "Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini," menjadikan tulisan ini adalah juga bagian penting dari buku ini sendiri. Acha seperti muncul menutup setiap lembaran, lalu mengizinkan banyak orang membaca sebuah rangkuman kecil yang menggugah jiwa.

    Terima kasih banyak Acha atas apresiasinya dan atas tulisan yang merabuk jiwa ini. Taman Rahasia Cha menjadi lebih berwarna tentunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak juga sudah mengajak Acha berbincang lewat tulisan perjalanannya Mba Annie di buku "Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini" ya Mba. Senang sekali bisa dapat pengalaman membaca yang semenyenangkan itu, berasa dibawa jalan-jalan juga.

      Hapus
  2. Wah senang banget membaca review yang seru dari Acha untuk buku Pergilah Yang Jauh Nanti Ceritakan Di Sini, yang sebentar lagi akan edar. Terima kasih.πŸ™πŸ™πŸ™πŸŒΊ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak juga sudah mengunjungi Taman Rahasia Cha, Mba Indah.

      Hapus
  3. Wow ada mbak Annie dengan tulisan perjalanannya. Pasti seru banget nih secara di blog saja sudah sangat menginspirasi. Selamat ya buat para penulis.

    BalasHapus
  4. Membayangkan membaca bukunya sambil menyesap teh hangat seakan mendengarkan penulisnya menuturkan kisahnya. Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini...dengan kisah perjalanan yang membuat pembaca serasa ikutan di sana. Keren sekali ide bukunya! Apalagi deretan penulisnya ini memang terkenal piawai saat menuliskan ceritanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya hobi melancong..sayang kadang ada aja alasan tidak menceritakannya dalam rupa catatan perjalanan. Kalau ada antologi begini kan jadi lebih semangat berkisah dan berbagi cerita perjalanan pada sesama

      Hapus
    2. Bener banget Mba Dian. Aih ... semoga Mba Dian juga tergerak menuliskan kisah perjalanan yang selama ini banyak ditulis di blog, jadi dihadirkan dalam sebuah buku ya.

      Hapus
  5. bakalan mengesankan ini bukunya untuk dibaca, terlebih yang gemar untuk traveling ya, karena seakan-akan ikut merasakan juga travelingnya para penulis. Semoga laris manis untuk bukunya

    BalasHapus
  6. Jadi happy ya sesudah baca buku ini
    Serasa diajak jauh berjalan-jalan dan menikmati langkah demi langkah
    untuk dibawa mimpi, kapan ke sini lagi

    BalasHapus
  7. Wah kak, diksinya apik banget, membawa diriku terbang jauh ke masa lalu, saat rajin membaca buku-buku novel semasa kecil. Jadi kangen baca novel lagi deh. Makasih review cantiknya ya kaak. Luv jauh dari akuuu <3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak juga karena sudah berkunjung ke Taman Rahasia Cha ya, Kak Dewi.

      Hapus
  8. Wahh lihat reviewnya isi ceritanya menarik yaa. Mengingatkan pengalaman saya sendiri yang sudah merantau lama dari kampung halaman dan kangen sekali ingin ke sana lagi.

    BalasHapus
  9. Buku ini seperti secangkir teh hangat di sore hari. Setiap cerita menyentuh hati dan membuatku merenung tentang perjalanan hidup. Kisah-kisah yang sederhana namun sarat makna membuatku terhubung dengan para penulis.

    BalasHapus
  10. Buku yang menarik untuk dibaca. Aku sendiri pernah lihat ada teman-teman blogger lain baca buku ini. Pengen rasanya minum teh, di bawah hujan sambil membaca buku ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aih, semoga bisa ikutan baca bvuku Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini ya, Mba.

      Hapus
  11. Buku "Pergilah yang Jauh, Nanti Ceritakan di Sini" begitu menggugah rasa pembacanya untuk segera melangkahkan kaki bepergian yang jauh. Melanglang buana ke manapun hati mau, tentu ada asa yang dibawa. Pastinya banyak rangkaian cerita dari para penulisnya yang ditularkan, sehingga pembaca ikut traveling. Keren ulasannya, kak Acha.

    BalasHapus
  12. Buku ini bikin ngerasa ikut jalan-jalan deh! Seru banget tiap cerita dari penulisnya, kayak ngobrol santai ditemani secangkir teh. Wajib baca! 😍

    BalasHapus
  13. Buku ini bikin ngerasa ikut jalan-jalan deh! Seru banget tiap cerita dari penulisnya, kayak ngobrol santai ditemani secangkir teh. Wajib baca! 😍

    BalasHapus
  14. Menarik resensi bukunya seperti menceritakan harapan dan impian menjelajah dunia ya ,,jadi bisa masuk kedalam ceritanya ..

    BalasHapus
  15. Wah, seru banget cerita perjalanannya! Berasa ikut jalan-jalan sambil nikmatin teh hangat. Buku ini cocok buat ngisi hati yang rindu petualangan!

    BalasHapus
  16. Memang paling asik baca cerita perjalanan itu kalau pembaca bisa ikut larut merasakan suasananya. Berasa kayak mendengar cerita yang menarik. Apalagi kalau ditambah dengan foto-foto yang bagus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, betul Teh Myra. Pokoknya kalau buku perjalanan terus fotonya bagus, bercerita, dan pastinya berwarna, masuk jenis travel book wajib dikoleksi sih.

      Hapus
  17. Salah satu kelebihan membaca buku antologi itu kita bisa baca berbagai cerita, gaya tutur, dan sudut pandang dari banyak penulis. Bermacam-macam pengalaman yang bisa kita ambil hikmahnya. Seperti buku antologi "Pergilah yang Jauh, Nanti Ceritakan di Sini" kita bisa menikmati banyak cerita perjalanan.

    BalasHapus
  18. Judul dan cover bukunya bagus banget mbak. Sepertinya bukunya juga nggak bakal ngebosenin karena selain cerita yang menarik juga dilengkapi dengan foto2 yang kemungkinan besar bisa membawa imajinasi pembaca srolah2 sedang ikutan pelesir ke kota atau negara tersebut yaaa

    BalasHapus
  19. Judul buku antologi "Pergilah yang Jauh, Nanti Ceritakan di Sini" bikin penasaran pingin ngulik lebih jauh deh. Pasti seru baca perjalanan para penulis ceritanya yg beberapa diantaranya udh dikenal sebagai bloger keren. Thanks review nya kak

    BalasHapus
  20. Jadi mau punya juga deh kak..ceritanya semua menginspirasi banget ..seseorag yg travelling meskipun jauh pasti akan kembali ya .banyak pelajaran yg bisa diambil dlm sebuah perjalanan trs diceritakan .

    BalasHapus
  21. Takdir Tuhan membuat saya membaca ulasan buku ini sehongga saya tahu bahwa 3 Oktober merupakan hari istimewa di Jerman. Tepat bersamaan dengan hari istimewa alias HUT putri semata wayangku. Terima kasih telah menulis artikel ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaAllah. Semoga putri tersayang tumbuh sesuai dengan harapan dan doa-doa yang dilangitkan oleh kedua orangtuanya ya, Mba. Aamiin.

      Hapus
  22. Suka sekali ulasannya, Kak. Serasa dibawa membaca buku aslinya, dan mendengarkan cerita langsung dari penulisnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak. Terima kasih juga karena sudah berkunjung ke Taman Rahasia Cha.

      Hapus
  23. Waaah beberapa penulis nya aku kenal😍. Tp bukunya belum baca. Sama mbaaa, aku pun sukaaa banget baca cerita perjalanan. Ntah dalam berbentuk buku atau blog dan artikel lainnya. Mungkin krn passion ku memang kesana ya. Jadi tiap baca cerita travelling, berasa diajak juga utk jelajah bersama. 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama deh Mba. Bawaannya jadi kepengen juga mengunjungi lokasi wisata yang diceritakan di dalam buku perjalanan yang kita baca ya.

      Hapus

Posting Komentar