Rupa-Rupa Cinta Dalam Kumcer Sejarah Kematian dan Cinta yang Berdarah

Cinta itu luas memang maknanya. Beragam penafsirannya. Dalam buku kumcer Sejarah Kematian dan Cinta yang Berdarah karya Evi Sri Rezeki, rupa-rupa cinta ini membawa perasaan yang merah darah persis warna kelopak mawar setiap kali Ka Acha menamatkan satu cerita pendeknya.

Sering saya yang biasa membaca sambil duduk santai di ruang cuci jemur, seketika terdiam lama. Membiarkan buku kumpulan cerpen tipis ini mengambil tempat di pangkuan. Sementara pikiran saya mengelana panjang, mengawang jauh, memutar ulang kisah yang baru saya tamatkan dalam rupa video imajiner.

kumcer sejarah kematian dan cinta yang berdarah evi sri rezeki

Lalu, dalam hitungan detik, saya menghela napas dalam. Sesekali ekspresi saya berubah ngeri, ternganga dalam diam yang lama, atau mengulum senyum tipis namun ada gemuruh rusuh dalam benak. 

Apa-apaan sih ini? Begitulah batin saya berbisik lirih. 

Sekuntum kisah cinta yang berdarah dan mematikan dari seorang perempuan yang selalu saja menyandang nama Anila. Bersama seorang lelaki yang selalu saja dinamai Kama. Kisah mereka tercipta dalam berbagai latar dan dunia yang berbeda-beda. 

Profil Kumcer Sejarah Kematian dan Cinta yang Berdarah

Judul                : Sejarah Kematian dan Cinta yang Berdarah

Penulis            : Evi Sri Rezeki

Penerbit          : Penerbit JBS

Cetakan           : April 2024

Tebal                : 132 halaman

ISBN                 : 978-623-7904-86-1

Blurb Kumcer Sejarah Kematian dan Cinta yang Berdarah Karya Evi Sri Rezeki

Sembilan cerita dalam Sejarah Kematian dan Cinta yang Berdarah karya Evi Sri Rezeki ini menggambarkan relasi antar manusia dengan segala problematiknya. Kisah berkelindan dari relasi yang normal hingga menakutkan. Betapa hubungan cinta berlebihan, kebohongan, kebencian, perundungan, kemarahan akan membuat relasi antar person menjadi sangat berbahaya.

Evi menghadirkan sejumlah cerita yang meneror pembaca sejak cerita pertama. Rahasia masa lalu, obsesi hari ini, dan pilihan-pilihan hidup memiliki risiko yang menyeramkan. Ada darah, kematian, dendam, amarah, juga luka. Di balik itu, ada cinta kasih yang tetap ada dalam situasi yang rentan sekalipun.

Membaca kumpulan cerita bergenre suspense thriller ini akan membawa kita pada petualangan yang tak terduga. Penulis dengan piawai mampu mengaduk-aduk perasaan pembaca dan mengorelasikan dengan kehidupan nyata.

Berbagai Cerita Cinta yang Kebanyakan Berwarna Merah Darah

Buku kumcer dengan jumlah halamannya yang hanya 132 halaman ini sungguh tipis. Berpotensi kuat untuk ditamatkan hanya dalam sekali duduk saja.

Namun bagi Ka Acha -- entah sudah berapa kali saya mengatakan kalau untuk buku jenis tertentu saya akan menamatkannya dalam waktu yang sedikit lebih lama -- membaca buku kumpulan cerita pendek, bermakna sering memberi diri sendiri jeda seusai menamatkan satu kisah di dalamnya.

Buat apa sih saya melakukan hal ini? Selain saya tipe pembaca lambat nih ya, Dears. Saya selalu merasa butuh jeda untuk kembali berkenalan dengan karakter lain di kisah selanjutnya. Kamu begini juga nggak sih?

Kecuali nih, saya sedang baca buku antologi berantai semisal Klandestin yang ditulis secara keroyokan oleh banyak penulis. Tentu saya tergerak untuk menikmati hingga akhir dalam waktu singkat. 

Sepanjang membaca sembilan kisah dalam buku kumpulan cerpen karya Evi Sri Rezeki ini, seketika saya paham, mengapa ada penampakan sepasang kekasih yang berdiri limbung di sekuntum mawar merah. Sosok Anila yang menikam Kama, namun pedangnya tembus hingga ke punggungnya sendiri juga.

Saya sudah sempat bilang kan, kalau kesembilan cerpen di Sejarah Kematian dan Cinta yang Berdarah ini diisi oleh sosok tokoh utama perempuan yang selalu bernama Anila, dan tokoh utama lelaki yang bernama Kama? Sepasang nama yang menjadikan buku ini menghadirkan berbagai universe cinta, bagi pembaca seperti Ka Acha. 

Kadang Anila yang menggila. Di momen lain, Kama yang tingkahnya buat saya nggak sanggup berkata-kata. 

quote buku sejarah kematian dan cinta yang berdarah

Ditambah dengan landasan cinta keduanya yang beragam bentuknya. Aksi dan reaksi dari kedua tokoh dalam setiap cerita di kumcer ini, membuat ingatan saya melekat lama dalam cerita pendek mereka.

Cerita Favorit Di Buku Fiksi Sejarah Kematian dan Cinta yang Berdarah

Boleh nggak sih kalau Ka Acha nggak usah disuruh memilih, mana cerita pendek yang paling saya sukai dalam buku kumcer karya Evi Si Rezeki ini? Benar-benar berat untuk saya utarakan, soalnya.

Namun bila ditanya, mana kisah yang paling berkesan untuk saya. Tentu saja saya akan menyebutkan cerpen di bagian pembuka, bagian tengah, dan bagian penutup. 

Dalam cerpen berjudul Lelaki yang Menyatakan Cinta dengan Menjadi Bayangan, pondasi awal saya berkenalan dengan dunia antara Anila dan Kama terbangun dengan luar biasa. Saya mendapati betapa cinta itu rentan untuk dijadikan sebuah permainan.

Bayangkan saja. Seorang Anila rela melakukan apapun demi dirinya sendiri. Sementara Kama, siap sedia mengikuti segala keinginan hati Anila. Hingga pada akhirnya, kemenangan Anila terhadap Kama, berakhir menjadikan dirinya hidup dengan pengorbanan yang ujungnya sama saja dengan bagaimana Anila memperlakukan Kama.

Memangnya, bagaimana sih jalan cerita dari cerpen pembuka di buku ini? Hmm ... akan lebih mantap kalau kamu cicipi sendiri lewat membaca bukunya langsung ya.

Selanjutnya, ada sebuah cerpen berjudul Sejarah Itu Bernama Anila yang membuat saya kepikiran hingga berhari-hari. Realistis sekali ceritanya, bestie.

kutipan buku sejarah kematian dan cinta yang berdarah

Di dunia yang terbangun dalam cerpen yang ini, Anila hadir dalam sosok seorang guru sejarah yang memperjuangkan agar murid-muridnya tertarik untuk mendalami satu bidang di jurusan ilmu sosial tersebut. Sementara Kama menjadi muridnya.

Suara-suara Anila tentang mengapa seseorang perlu mempelajari sejarah yang ada di sekitarnya, diimbangi oleh suara-suara Kama yang menyadarkan Anila bahwa hidup berjalan begitu cepat dan digerakkan oleh manusia-manusia yang nggak merasa penting untuk mengulik kisah masa lampau. 

Padahal ... apa yang dijalani segelintir ... bukan, tapi sekumpulan masyarakat hari ini, adalah hasil dari apa yang sebelumnya telah dimulai oleh generasi terdahulu. 

Cerpen Sejarah Itu Bernama Anila, dalam hitungan menit, membawa saya mengenang kembali momen saya mengikui obrolan daring antara Evi Sri Rezeki (Teteh Evi, saya memanggil beliau begini) dengan Ridwan Maulana. Bahasan yang dibawa saat itu mengangkat tentang aksara nusantara, lebih tepatnya Merajut Indonesia menggelar bincang untuk kenalkan aksara nusantara

Warna cinta yang dihadirkan di Sejarah Itu Bernama Anila begitu luasnya hingga bukannya menuai bahagia, namun menjadikan Anila berada dalam "kematian dirinya". Ini kiasan ya, Dears. Jadi kalau kamu penasaran, sebaiknya ikutan baca kumcernya juga.

Terakhir, cerpen penutupnya yang berjudul Musim Timur menggenapi seluruh kumcer Sejarah Kematian dan Cinta yang Berdarah menjadi indah. Setelah banyaknya perasaan Ka Acha sebagai pembaca diajak untuk terluka, maka penyembuhnya ada di bagian akhir cerita.

Lega. Saya mensyukuri kalau Anila dan Kama nggak terus-menerus menanggung luka akibat cinta yang berdarah di sepanjang universe yang Evi Sri Rezeki hadirkan bagi keduanya pada delapan cerpen sebelumnya. Selayaknya penyuka cerita fiksi happy ending, saya bahagia. 

Ada beragam rupa cinta dan makna atas rasa cinta yang diembuskan oleh kumcer Sejarah Kematian dan Cinta yang Berdarah karya Evi Sri Rezeki yang bisa jadi akan membuatmu jatuh hati juga pada buku ini. Jadi ... bila kamu ingin turut membacanya juga, selamat menemukan bukunya ya. 


Komentar

  1. Tinggal cari bukunya nih 😄. Semoga bisa ketemu.. Biasanya aku ga suka kumcer mba, krn memang terbiasa baca novel yg halaman tebal 500 ke atas, dan detail. Bisa dibilang kumcer itu aku baca kalo memang gabut bangettt. Hanya utk ngisi waktu.

    Tp kalo menarik ga nolak juga utk cari. Apalagi genre buku ini thriller. Jadi bikin aku penasaran ama cerita dan ending pastinya 😄

    BalasHapus

Posting Komentar