Buku Dompet Ayah Sepatu Ibu merupakan fiksi pertama alias pembuka bagi saya untuk mendalami kedalaman kisah yang dihadirkan oleh JS Khairen. Sebelumnya, saya dibuat terhanyut dalam sebuah buku nonfiksi yang merupakan hasil kolaborasi dari JS Khairen dengan mentor beliau, Prof. Rhenald Kasali.
Buku nonnfiksi yang berisi beragam kisah dari mahasiswa sang Profesor yang meminta mahasiswanya itu untuk menyengaja tersasar di belahan dunia selain di tanah air tercinta ini, berjudul 30 Paspor Di Kelas Sang Profesor #1. Sebenarnya, sudah ada lagi seri keduanya. Namun Ka Acha belum punya kesempatan untuk mendapatkan buku lanjutannya tersebut. Hhh ... semoga ada kelapangan rezeki untuk memasukkannya ke dalam koleksi saya, lalu kisahnya bisa Ka Acha spill di blog Taman Rahasia Cha ini ya.
Kembali ke novel Dompet Ayah Sepatu Ibu. Sebenarnya sudah sangat lama sekali Ka Acha terpapar karya JS Khairen yang ini. Apalagi segala rupa posting-an beliau di akun Instagram-nya mencipta rasa penasaran saya atas semua karya-karya beliau.

Tapi ya, namanya juga pembaca ala "bacha santai" yang kalau beli buku ya nggak selalu bebas merdeka untuk borong segala yang dimau tiap bulannya ya. Jadi, mari jadi pembaca yang alur bacanya cukup pelan-pelan saja tetapi tetap fokus untuk memiliki koleksi buku dengan asas baca buku secara legal. Syukur-syukur kalau bisa dapat secara gratis, kan Ka Acha jadi makin semangat mengisahkan pengalaman membacanya di Taman Rahasia Cha ini.
Lalu, pengalaman haru biru bahagia macam apa sih yang berkali-kali memeluk saya ketika menamatkan novel Dompet Ayah Sepatu Ibu? Jujur saja, Ka Acha sampai berair mata dan membuat salah satu halaman di buku ini ikut basah ketika sedang membaca.
Identitas Novel Dompet Ayah Sepatu Ibu
Judul : Dompet Ayah Sepatu Ibu
Penulis : JS Khairen
Penerbit : Grasindo
Cetakan : Cetakan kesembilan, April 2024
Tebal : 216 halaman
ISBN : 978-602-05-3023-9
Blurb Buku Bersampul Biru Dompet Ayah Sepatu Ibu
Ada deras keringat ayah dan banjir tangis ibu dalam langkah kakimu hari ini.
Dunia jahat dan kau kalah? Lihat telapak tanganmu. Ayah selalu menempa tangan itu agar tak menyerah. Ibu tak henti memapah tangan itu untuk berdoa. Bangkitlah untuk melangkah.
Ini kisah tentang ayah dan ibu, yang cintanya lahir bahkan sebelum kau lahir, yang cintanya tumbuh bahkan sebelum kau bertumbuh.
Ini kisah tentang ayah dan ibu, yang tangisnya mampu menyalakan api, yang tangisnya mampu memadamkan api.
Api paling panas menyala saat ayah dan ibu menangis kecewa. Api paling panas padam oleh tangis perjuangan ayah dan ibu. Maka, ingatlah selalu rumah.
JS Khairen Mengajak Mengenali Segala Kasih Cinta Orangtua Walau Segalanya Jauh dari Sebutan Keluarga Sempurna
Dua tokoh utama yang hadir di dalam buku ini, jauh dari kata "punya hidup sempurna". Selayaknya segala rupa kisah-kisah bertema keluarga yang lekas menghangatkan hati saya, semisal Athirah dan Di Batas Pelangi.
Dalam Dompet Ayah Sepatu Ibu, ada tokoh utama perempuan yang bernama Zenna. Ia adalah anak tengah. Sosok yang selalu luput dari perhatian. Beda sekali dengan kakak-kakaknya, juga adik-adiknya.
Di hari itu, ia yang sudah jelang lulus SMA, berangkat pagi-pagi sekali ke sekolah. Bukan perjalanan seorang siswi pada umumnya. Zenna akan memanggul bakul berisi jagung rebus di atas kepalanya. Berjalan menuruni bebukitan menuju sekolah, melintasi hutan bambu yang masih gulita di jelang pagi hari itu.
Dingin menusuk. Tapi nggak ada satu pun yang bisa mengusaikan tekadnya untuk bertaruh habis-habisan dengan hidup.
Berbekal sepatu butut yang ia dapatkan turun-temurun dari kakak-kakaknya, ia melangkah. Diiringi oleh doa dari sang ayah yang ketika Zenna menyalaminya, menjanjikan kelak bila dirinya lulus SMA, Zenna akan dibelikan sepatu baru.
Sebuah janji yang rupanya akan berakhir saja di subuh hari itu. Sang ayah, ketika Zenna sedang menyelesaikan ujian kelulusannya di sekolah, berpulang ke keabadian. Runtuh semua harapan Zenna. Termasuk impiannya atas sepatu baru dari sang ayah.

Zenna yang menetap di pelukan Gunung Singgalang, memulai langkah perjuangannya. Cita-citanya begitu besar untuk melepaskan keluarganya dari himpitan kemiskinan yang sungguh memenjara hingga ke pemikiran, membatasi langkah sesiapa saja yang berdiam di dalamnya.
Benar saja, perjuangannya sama sekali nggak mudah. Ketiadaan sosok ayah dalam keluarga, uang yang jelas jumlahnya lebih baik dialokasikan untuk makan keluarga, membawa sosok seorang anak gadis ini berjuang bahkan melampaui batas dirinya. ia berani bekerja kasar, mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan kaum lelaki, hanya agar punya uang yang cukup untuk biaya ujian Sipenmaru, daftar ulang di kampus, juga biaya semesterannya.
Sebagai pembaca, dada saya sesak luar biasa. Hidup saya ternyata selama ini adalah kehidupan remaja yang baik-baik saja. Berbeda dengan Zenna.
Sosok pemuda bernama Asrul pun hampir serupa. Ia adalah lelaki muda yang ketangguhannya ditempa oleh alam sekitaran Gunung Marapi.
Pernah gagal naik kelas karena nggak bisa membaca. Namun mana pernah diduga, di masa depan dirinya bertransformasi jadi jurnalis ulung, penulis yang lihai meramu kata dan kalimat menjadi lugas bin mendalam.
Anak lelaki yang ayahnya masih ada di dunia, tetapi lebih memilih mengurusi bini muda. Asrul hanya tinggal bersama adik lelakinya, adik perempuan yang masih dalam kandungan, dan ibundanya saja. Di sebuah rumah gubuk mungil peninggalan lmarhum kakek dari pihak ibunya.
Sejak kecil, Asrul sudah dibentuk jadi pejuang kehidupan. Dewasa sebelum waktunya. Mencari penghidupan, sebelum masuk usia matangnya.

Bagaimana ceritanya, seorang Asrul yang sewaktu kecil, untuk membaca saja sulit, di kemudian hari bisa menjadi seorang wartawan? Hmm ... kalau pertanyaan ini sudah mampir ke pikiranmu, pas banget kalau kamu ambil novel Dompet Ayah Sepatu Ibu pada rak buku bestseller di toko buku besar langgananmu ini. Saya pun mengambil buku bersampul biru ini pada jejeran itu.
Kemudian, apakah perjuangan Zenna untuk lepas dari kemiskinan, hingga dirinya berhasil menggunting segala jerat yang menjebak keluarganya, berhasil? Usaha apa saja sih yang Zenna upayakan? Apakah masa mudanya berakhir sia-sia?
Lalu, apakah Zenna dan Asrul akan memulai hubungan yang kelak menjadikan keduanya bisa saling menguatkan? Bagaimana jalan ceritanya sih?
Buku ini dipenuhi banyak sekali kutipan yang membuat saya sebenarnya kepayahan dalam menentukan, mana yang akan Ka Acha tayangkan di blog ini, dan mana yang cukup saya simpan sendiri. Rasanya, semua ingin saya abadikan di sini agar kelak bisa lekas saya ingat-ingat kembali.

Pesan dari Dompet Ayah Sepatu Ibu
Awalnya, Ka Acha kira kalau novel Dompet Ayah Sepatu Ibu ini hanya mengisahkan Asrul yang kemudian punya keinginan kuat untuk punya dompet kulit nan bagus seperti milik ayahnya. Kemudian di dompet itu, ia kelak akan menyelipkan guntingan koran dari artikelnya yang pertama kali tayang di koran daerah.
Sebuah simbol kebanggaan atas pencapaian yang ia usahakan bertahun-tahun tanpa lelah. Tingkah yang mirip dengan ayahnya Asrul yang di dompetnya selalu terselip potongan kayu manis, sesuatu yang jadi sumber penghidupan untuk keluarganya yang dihuni beberapa istri.
Atau ... tentang Zenna yang begitu ingin mewujudkan keinginannya untuk punya sepatu baru hasil jerih payahnya sendiri. Melunasi janji yang tak pernah mampu ayahnya tepati sejak ia kecil. Mengganti sepatu bututnya yang digunakan turun-temurun, termasuk sepatu yang selanjutnya dikenakan oleh adik-adiknya.
Lebih dari itu. Dompet Ayah Sepatu Ibu memeluk pembaca sembari membisikkan klimat, "Ayo pulang ke pelukan Ibu dan pangkuan Ayah, selagi kamu diijinkan semesta. Pulanglah, Nak. Pulanglah."

Seberapa pun nggak sempurnanya sebuah keluarga, sedari awal, ada dua orang muda yang berjuang hingga jadi baya demi kehidupan anak-anaknya. Ada orang-orang yang sebenarnya selama ini mendukungmu dalam doa-doa panjangnya di kala malam. Ada dua orangtua yang bagimu terlihat baik-baik saja, namun menahan sesuatu yang bagi mereka belum boleh anak-anaknya tahu agar tetap tangguh memperjuangkan masa depan.
Terakhir, kenyamananmu di hari ini, adalah jerih payah dan cucuran keringat perjuangan dari dua anak muda yang bisa jadi juga sudah banyak mempertaruhkan hidupnya sedari belia. Anak muda itu, di suatu waktu, menjadi orangtuamu.
Huwaaa ... novel paling nyesek yang Ka Acha baca sejauh ini. Bahkan sampai Ka Acha kirimkan ke Mama Ka Acha di awal bulan kemarin. Supaya bisa jadi koleksi buat Mama juga. Jadi bahan obrolan yang semoga saja ujungnya nanti nggak pakai drama mewek berjamaah ya.
Novel ini menympaikan pesan seorang ibu pada anaknya. Pesan seorang ayah pula pada anaknya. Novel yang benar-benar memacu semangat untuk nggak menyerah pada keadaaan, tapi selalu mencolek untuk ingat pulang. Novel Dompet Ayah Sepatu Ibu karya JS Khairen, Ka Acha rekomendasikan banget dan banget, banget, banget, buat kamu baca juga.
Komentar
Posting Komentar